Oleh: Herman Oesman
Dosen Sosiologi FISIP UMMU
_______
DUA lembar foto digital memperlihatkan sampah berhamburan di sebuah lapangan luas, beredar di grup WA terbatas. Itulah sampah saat warga menikmati detik-detik pergantian tahun ke 2023. Hal yang sama, di sisa pengujung tahun 2022 lalu, tepatnya 28 Desember 2022, saat masyarakat Kota Ternate disuguhi konser grup band Naff dan KOTAK, konser yang membawa pesan seolah “mengajak” warga kota sejenak melupakan rentetan persoalan perkotaan yang setiap hari mengharu biru jagad media sosial: sampah dan persoalan air. Toh, konser itu juga menyisakan empat ton sampah berserakan (lihat haliyora.id, 29/12/2022).
Kita semua mafhum, sepanjang tahun 2021-2022, Kota Ternate memang dikepung “bencana” ekologis, berupa sampah yang tak berkesudahan. Lalu saling klaim dan pembenaran tentang sampah pun ramai di media dan di ruang-ruang wacana. Ujungnya, sampah tetaplah sesuatu yang elusif, “misterium”, tetap memanen kekisruhan dan kegaduhan, yang kemudian diimbuhi dengan ramainya “perampasan” dan saling mengokupasi ruang publik kota di antara warga.
Warga Kota Ternate kemudian dan perlahan menjadi begitu terbiasa dengan kondisi sampah ditambah okupasi ruang publik yang saling terdesak. Sampah telah menjadi bagian dari realitas warga Kota Ternate. Dengan kata lain, sampah telah terinternalisasi dalam kehidupan sosial masyarakat Kota Ternate. Di satu sisi, penanganan sampah yang berkaitan dengan penanggulangan dampak perubahan iklim yang menjadi perhatian serius dunia, juga tidak menjadi perhatian.
Memaknai Ulang
Dalam Perda Kota Ternate Nomor 1/2013 tentang Pengelolaan Sampah, belum mengakomodir tentang bagaimana pengelolaan dan penurunan sampah yang ada di laut (ini perlu disinkronkan dan dikuatkan dengan Peraturan Presiden No. 83/2018 tentang Penanganan Sampah Laut. Selanjutnya, Perda juga perlu mempertimbangkan behavior changes, perubahan perilaku dalam membuang sampah serta penerapan ekonomi sirkular (circular economy), yang tidak lagi terpaku pada 3R (reduce, reuse, recycle). Proses sirkular sampah secara canggih sudah menerapkan 5R reduce (kurangi), reuse (gunakan kembali), recycle (daur ulang), refurbish (perbarui), dan renew (penggunaan materi dan energi yang dapat diperbarui). Bahkan ada ahli yang menambahkan dengan konsep re-think (pikirkan kembali) dan repair (memperbaiki). Jadi bukan pada soal teknis penanganan sampah semata, terutama keluhan soal armada angkutan sampah yang telah tua atau terbatas.
Tinggalkan Balasan