Masyarakat Maluku Utara, ujarnya, bisa memanfaatkan momentum pesatnya perkembangan industri pengolahan untuk kepentingan daerah.
“Kita tidak bisa hanya mengharapkan uluran tangan dari sektor industri ini tapi bagaimana kita mengoptimalkan kehadiran mereka supaya memberikan dampak ke masyarakat Maluku Utara. Misalnya mereka butuh pangan sehingga bagaimana memanfaatkan kebutuhan mereka otomatis masyarakat bergerak di sektor pertanian bisa mendapatkan tambahan income,” akunya.
“Selanjutnya mereka hadir di sini membutuhkan tenaga kerja, bagaimana kita menyiapkan tenaga kerja terampil bisa dipakai dan bagaimana kita memberdayakan masyarakat sekitar kawasan industri itu sehingga bisa mendapatkan dampak dan mendorong industri agar bisa juga membantu pemerintah daerah pada infrastruktur daerah ini. Itu sesuatu yang sangat bagus,” tambah Setian.
Ditanya apakah pertumbuhan ekonomi di Malut telah berkorelasi dengan kondisi masyarakat, Setian bilang harus dilihat detail pertumbuhannya.
“Harus kita pilah lebih dalam. Kalau kita mengambil angka 27 persen tentu kita membayangkan pertumbuhan setinggi itu pendapatan masyarakat Maluku Utara sangat meningkat, harusnya angka kemiskinan harus rendah. Kalau asumsi kita seperti itu, maka kita tidak melihat secara detail ekonomi kita. Kalau kita pilah lebih dalam dua sektor ini impact itu tidak langsung, harus kita memberdayakan sehingga berdampak pada income per kapita mereka. Oleh karena itu, balik lagi kalau kemiskinan masih ada maka belum berinteraksi langsung dengan industri itu,” tegasnya.
Tinggalkan Balasan