“Sebagaimana kita ketahui Ternate saat ini merupakan kota dengan tingkat inflasi terendah di Indonesia, dan kita juga mendapat reward itu salah satunya kita mendapat DID kurang lebih Rp 11 miliar yang baru ditransfer ke kas daerah 2 hari lalu,” tuturnya.
Dia menjelaskan, ada lima indikator yang terpenuhi sehingga Ternate mendapat DID yakni penggunaan produk dalam negeri, percepatan belanja daerah, dukungan belanja daerah terhadap pengangguran, stunting dan penanganan inflasi.
“Prestasi Ternate sebagai kota inflasi terendah ini ter-cover pemerintah pusat dan ini menjadi catatan kita bersama. Terkait dengan pasar murah yang kita laksanakan ini sebagai upaya kita membantu masyarakat dalam rangka pemulihan ekonomi. Artinya dengan adanya pasar murah ini kita berharap masyarakat dapat terbantu dan tentunya harga yang ditawarkan ini jauh dari harga umum,” jelasnya.
Pasar murah ini, kata Jusuf, diharapkan dapat berlangsung dengan baik, karena dengan pasar murah ini juga bisa menjaga siklus ekonomi dan inflasi di akhir tahun, karena jelang Desember siklus ekonomi Kota Ternate sedikit bergejolak mengahadapi Nataru.
“Selain itu akan ada perubahan musim dari pancaroba ke musim hujan, dan sangat mengganggu kondisi masyarakat pertanian. Kemudian masalah distribusi, jadi persoalan cuaca dan gelombang yang mempengaruhi distribusi barang dari luar ke Ternate. Maka segala upaya kita dalam melakukan penanggulangan terhadap inflasi dan mendorong pemulihan ekonomi dapat terlaksana, dan warga mendapat manfaat,” ucapnya.
Selain Bagian Ekonomi, kegiatan untuk mengatasi dampak kenaikan BBM ini juga sudah dianggarkan Pemkot Ternate sebesar Rp 4 miliar di APBD-Perubahan. Dengan anggaran itu ada sejumlah program sudah disiapkan Pemkot untuk pemulihan ekonomi seperti operasi pasar di Disperindag, Dinsos dan ada OPD yang lainnya yang dapat membantu masyarakat.
Tinggalkan Balasan