Oleh: Ahmad Yani Abdurahman

Staf Pengajar Unkhair Ternate

_______
GANJAR Pranowo akhirnya menyatakan kesiapan menjadi capres. Sebelumnya PSI telah mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai capresnya sehari setelah Partai Nasdem mengumumkan pencalonan Anies Baswedan sebagai Capres Nasdem. Ganjar Pranowo sepertinya kurang bersemangat merespon, PSI mungkin tidak diperhitungkan karena tak punya wakil di DPR.

Sebagai kader PDIP, sudah pasti Ganjar Pranowo sangat berharap mendapatkan dukungan dari partai yang membesarkannya. Tapi kenyataannya dalam tubuh moncong putih masih terjadi polemik dan polarisasi dukungan meski konstitusi PDIP memberikan hak prerogatif kepada sang Ketum untuk menentukan siapa menjadi capresnya.

Publik sudah bisa membaca dalam tubuh PDIP saat ini sudah terbagi. Ada kubu yang masih menunggu keputusan Megawati Soekarnoputeri sebagai Ketua Umum mengumumkan capres PDIP yang biasanya diumumkan menjelang injury time. Meskipun masih dalam tanda tanya asumsi publik, PDIP akan mengajukan Puan Maharani sang Ketua DPR sebagai capres. Sambil menunggu timing-nya sambil berupaya mendongkrak elektabilitas dan popularitas Puan Maharani. Maklum dalam beberapa survei oleh lembaga survei yang berbeda elektabilitas dan popularitas Puan Maharani masih jauh persentasi signifikan sebagai kompetitor PDIP.

Kubu yang lain menghendaki capres dari PDIP sejatinya memiliki elektabilitas, popularitas yang mumpuni sehingga kelak bisa menjadi hatrick bagi PDIP pada konstestasi Pilpres 2024. Dan ini harus diakui hanya ada pada diri Ganjar Pranowo. Bahkan kubu ini sudah mulai terang-terangan menunjukkan sikap perlawanan. Pernyataan FX Rudiyanto kader PDIP mantan Wali Kota Solo bahkan sudah membuat pernyataan mendukung Ganjar Pranowo dan siap menerima sanksi partai.

Megawati Soekarnoputeri bak buah simalakama. Mencalonkan anaknya sendiri peluangnya sangat kecil. Apabila dipaksakan dan gagal maka akan menjadi awal kehancuran PDIP. Sebaliknya tidak mencalonkan Puan Maharani sama halnya dengan Megawati membiarkan momentum menjadikan anaknya sebagai Presiden lepas begitu saja. Bahkan apabila Puan terpilih menjadi Presiden sama halnya dengan dia masih melanjutkan trah keluarga Soekarno dalam kancah kepemimpinan nasional, sekaligus melanjutkan kepemimpinan sang ibu sebagai Ketua Umum PDIP.