Produk kebudayan juga mendominasi terbentuknya konstruksi berpikir khalayak luas terhadap anarkisme. Novel dan film yang kemudian dibikin dengan maksud ideologi dan politik tertentu, misalnya novel Joseph Conrad The Secret Agent (1970), cerita fiktif komunitas kaum anarkis London. Diperankan oleh Karl Yundt yang berpenampilam berantakan dan hidup tanpa tujuan pasti. Tokoh lainnya seorang profesor kemana-mana membawa bom dalam sakunya.
Pada awal abad ke-20, film The Siege of Sidney Street (1960) disutradarai Robert Baker dan film Triller Claude Cobral pada pertengahan 1970.
Dalam cerita novel dan film yang diproduksi menggambarkan pembunuhan, teror bahkan ketidakjelasan hidup adalah seorang anarkis. Pelabelan stereotip anarkisme dengan dorongan destruktif yang irasional, menciptakan ketakutan berlebihan dengan menyebarluaskan konotasi buruk terhadap anarksime.
Sehingga tidak heran jika anarkisme menjadi sasaran kekerasan bahasa demi membenarkan suatu peristiwa. Peperangan ideologi adalah sesuatu yang lumrah selagi berdiri pada ruang pengetahaun, masalahnya keberlangsungan ini dipicu oleh obsesi penguasan atas manusia lainnya.
Padahal untuk menjadi pembunuh, tukang kacau, bikin bom dan menyebar teror tidak harus menjadi seorang anarkis. Hal tersebut berlaku pada siapa saja untuk melakukannya. Tidak harus menguras tenaga dan energi untuk belajar tentang anarkisme. Dan, pada prinsipnya anarkisme menghendaki suatu tatanan sosial baru yang mengidealkan sosialis libertarian.
Tinggalkan Balasan