Sementara itu, rencana kenaikan tarif ini pun mendapat penolakan dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Baabullah Kota Ternate.

Elemen gerakan mahasiswa itu menyatakan penolakan kenaikan tarif air lewat aksi unjuk rasa di depan Kantor Wali Kota Ternate, pada Senin (3/10) siang.

Korlap aksi, Julfikar Abuhaji dalam orasinya mengatakan, hingga saat ini pelayanan PAM Ake Gaale belum maksimal dan masih banyak pelanggan mengeluhkan adanya sistem giliran pengaliran air.

Julfikar bilang, sistem giliran pengaliran air ini seperti yang dialami pelanggan PAM Ake Gaale di Kelurahan Tabona, Kecamatan Ternate Selatan, tepatnya mulai dari RT 7 sampai RT 12. Imbas sistem tersebut terbukti berdampak pada hajatan masyarakat.

“Mereka (warga) harus menentukan terlebih dahulu jadwal distribusi air baru menentukan waktu hajatan yang akan mereka selenggarakan,” ungkap Julfikar.

Warga yang belum mendapat giliran distribusi air, lanjut dia, terpaksa harus merogoh kocek tambahan untuk membeli air yang biasanya dijual per profil tank 1.100 liter seharga Rp 70 ribu.

Untuk itu pula, Julfikar lewat aksi untuk rasa tersebut ingin menyampaikan empat poin tuntutan terhadap Pemkot Ternate beserta PAM Ake Gaale diantaranya;

1. Pihak PDAM segera lakukan pengecekan lokasi yang mengalami masalah air bersih di Kelurahan Tabona, RT 11 dan 12.

2. PDAM harus mendistribusikan air bersih secara merata.

3. Menolak rencana kenaikan tarif air bersih di Kota Ternate.

4. Pemerintah Kota Ternate harus memastikan bahwa seluruh warganya mendapatkan pelayanan dan akses terhadap air yang murah, bersih dan sehat.