Wahyuni menilai, dari sisi fungsi komunikasi sepertinya ada persoalan komunikasi yang tidak tuntas antara wali kota dan wakil wali kota sehingga terjadi disharmoni antara keduanya.
“Jadi dengan adanya baliho yang ditampilkan itu semakin memberikan kesan, semakin memperjelas bahwa opini masyarakat selama ini tentang keharmonisan antara wali kota dan wakil wali kota itu sudah mulai bisa terjawab,” jelas dia.
Kedua pemimpin ini menurut Wahyuni, harusnya bersikap legowo dan tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri atau kelompoknya masing-masing. Karena sebagai pemerintah, keduanya ini masih punya tanggung jawab untuk mengawal dan menata Kota Ternate menjadi lebih baik.
“Wali kota dan wakil wali kota sama-sama berfikir untuk masyarakat bukan berfikir untuk diri sendiri ataupun kelompok. Karena kalau masyarakat sudah terlanjur beropini negatif maka kesan yang akan muncul berikut dan selanjutnya itu akan sulit merubah opini yang tadinya negatif menjadi positif,” imbuhnya.
Wahyuni pun menyatakan bahwa masalah ketidakharmonisan wali kota dan wakil wali kota sebenarnya bisa dibenahi melalui peran bagian humas pemerintah atau elit-elit lainnya.
“Mumpung saat ini masih ada waktu untuk sama-sama bisa dibenahi sebenarnya. Melalui siapa? mungkin humas bisa menjembatani melalui jalur-jalur komunikasi elit lainnya sehingga para kedua belah pihak ini bertemu untuk membangun daerah. Karena humas ini memiliki peran penting dalam menciptakan keharmonisan yang kita tahu bersama bahwa terjadi hubungan yang tidak baik,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan