Ia juga meluruskan maksud dari pernyataan keto (mabuk) dalam pidatonya hanya sebagai istilah guyonan semata.
“Saya memang menggunakan istilah “keto” (mabuk) dan Sanger itu adalah istilah guyonan atau candaan terbatas dari anak-anak tongkrongan,” akunya.
Lanjut dia, artian bahwa hal-hal seperti ini kedepan harus diminimalisir walaupun pengembangan sebuah wilayah yang modern meniscayakan adanya pengembangan infrastruktur ekonomi di dunia hiburan.
“Jadi saya minta maaf kepada keluarga besar Oba jika statemen pidato saya dianggap rasis dan mendeskreditkan kelompo tertentu yang sejatinya tidak seperti yang di narasi-kan oleh orang yang memprovokasi melalu media dengan mengunggah video saya yang sudah di potong-potong lalu di-posting dengan narasi provokatif,” ungkapnya.
“Saya sampaikan bahwa konteks pembahasan pidato saya sebenarnya adalah pembangunan peradaban Islam dan modern serta pembangunan infrastruktur ekonomi dari beberapa sumber termasuk sumber-sumber keramaian dan lain-lain. Jadi sekali lagi saya minta maaf yang sebesar-besarnya, bahwa tidak ada niatan sedikitpun dari saya untuk mendeskreditkan komunitas tertentu,” tambahnya mengakhiri.
Tinggalkan Balasan