Tandaseru — Sebagai daerah lingkar tambang, Desa Lelilef Woebulen di Kecamatan Weda Tengah, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara, menjadi salah satu desa domisili para karyawan perusahaan. Tak heran, di desa tersebut berdiri banyak usaha indekos.
Sayangnya, keberadaan kos-kosan itu tak hanya membuat perputaran ekonomi wilayah tersebut melaju kencang. Di sisi lain, volume sampah menjadi persoalan baru.
Wakil Ketua Pemuda Lelilef Woebulen Basir Abdullah kepada tandaseru.com mengungkapkan, desa tersebut menjadi salah satu penyumbang sampah besar usai marak berdirinya kos-kosan.
Mirisnya, sambungnya, ada pula indekos milik oknum tenaga medis yang urusan sampahnya tak ditangani dengan baik.
“Seharusnya dia (oknum tenaga medis, red) juga jeli melihat persoalan ini. Sebab kalau dibiarkan bisa menjadi virus penyakit bagi masyarakat,” ungkap Basir, Jumat (1/4/).
Apalagi, sambungnya, indekos tersebut memiliki ratusan kamar. Sebagai tenaga kesehatan, ia diminta mengantisipasi penularan penyakit lewat sampah yang dihasilkan penghuni kosannya.
“Harus bangun tempat sampah sementara maupun akhir agar masyarakat tidak terganggu,” pintanya.
Basir berharap pemerintah desa secepatnya menangani persoalan ini. Sebab sampah akan menjadi masalah baru lagi jika terjadi banjir.
“Cepat atau lambat kami pemuda bakal bicarakan hal ini dengan desa untuk mencari solusi persoalan ini,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan