Tandaseru — Ikan karang di perairan Kota Ternate, Maluku Utara, telah tercemar mikroplastik. Ini setelah hasil penelitian lima peneliti menemukan 83,18 persen ikan yang diteliti positif mengandung mikroplastik.

Mikroplastik merupakan potongan plastik yang sangat kecil yang dapat mencemari lingkungan. Ada dua jenis mikroplastik yakni mikro primer yang diproduksi langsung untuk produk tertentu yang dipakai manusia seperti sabun, deterjen, kosmetik, dan pakaian, serta mikro sekunder yang berasal dari penguraian sampah plastik di lautan.

Penelitian tentang kandungan mikroplastik dalam ikan di perairan Ternate dilakukan Mimien Henie Irawati Al Muhdhar (Universitas Negeri Malang), I Wayan Sumberartha (Universitas Negeri Malang), Zainudin Hassan (University Technology Malaysia), Muhammad Shalahuddin Rahmansyah (Sekolah Tinggi Teknik Industri Turen Malang), dan M Nasir Tamalene (Universitas Khairun Ternate).

Penelitian yang diterbitkan Jordan Journal of Biological Sciences pada Desember 2021 ini mengambil sampel ikan di perairan Kasturian, Kampung Makassar, Mangga Dua, dan Kalumata. Pengambilan sampel dilakukan pada Agustus-September 2019.

Ikan karang yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), kerapu muara (Epinephelus coioides), kerapu lumpur (Epinephelus suillus), baronang lingkis (Siganus canaliculatus), ikan batu (Synanceia), dan ikan kakatua (Scarus psittacus).

“Kerapu macan sampelnya 29 ekor, kerapu muara 36 ekor, kerapu lumpur 65 ekor, baronang 47 ekor, ikan batu 27 ekor, dan ikan kakatua 16 ekor. Total sampel dalam penelitian ini 220 ekor,” ungkap Nasir Tamalene kepada tandaseru.com, Minggu (30/1).

Hasil pengujian menunjukkan 183 dari 220 ekor ikan tersebut tercemar mikroplastik. Total ada 594 partikel plastik ditemukan dalam sistem pencernaan ikan-ikan tersebut. Kandungan mikroplastik ini berupa 47,81 persen fragmen, 38,22 persen film, 2,69 persen foam, 2,36 persen fiber, 7,41 persen line, dan 1,52 persen pellet.

“Partikel mikroplastik yang ditemukan ini berasal dari sejumlah sampah plastik yang dibuang manusia ke laut dan kemudian dikonsumsi ikan-ikan di daerah garis pantai, lalu menjadi gangguan bagi jaringan makanan mereka,” terang Nasir yang merupakan dosen Program Studi Biologi tersebut.

Partikel-partikel tersebut terbawa air dan melekat di substrat berlumpur, berpasir maupun berbatu. Ikan-ikan sendiri tak bisa membedakan makanan dan partikel mikroplastik.

Penelitian lebih lanjut disarankan untuk mencari tahu level polusi mikroplastik terhadap biota laut yang lebih dalam. Jumlah sampel juga harus diperbanyak dengan melibatkan ikan-ikan jenis lain.

“Sedangkan pemerintah setempat disarankan mengelola lingkungan pesisir melalui pendekatan berbasis komunitas untuk meminimalisir polusi plastik di perairan Ternate,” tandas Nasir.