“Mestinya, salah satu bentuk penghargaan yang juga sangat penting diberikan kepada tenaga pendidik adalah bagaimana kita menghargai tenaganya dalam bentuk pemberian upah yang sepadan, selain bentuk lain yang selama ini barangkali sudah kita berikan,” tegasnya.

Helmi bilang, memberi gaji sepadan merupakan bentuk penghargaan terhadap ilmu pengetahuan yang selama ini kita agungkan.

“Bukankah kemiskinan itu mendekati kekufuran? Upah yang layak berimplikasi pada harkat dan martabat pendidik. Tentu para pendidik itu juga harus memiliki kualitas ilmu yang memadai,” imbuhnya.

Ia menambahkan, ironi dunia pendidikan juga diperpanjang dengan viralnya video konflik antara mahasiswa di kampus yang yang berbeda. Di mana antarmahasiswa saling pukul, bahkan ada oknum mahasiswa yang berniat menyerang lawannya dengan senjata tajam.

“Kita cuma dibuat tercengang, sedih, dan malu atas semua kejadian itu. Dengan gambaran peristiwa di atas kita patut menduga, jangan-jangan Mahfud MD benar ketika memberi pernyataan bahwa universitas ikut bertanggungjawab atas maraknya korupsi di republik ini. Akhirnya, semuanya cocok dengan raport kita sebagai provinsi urutan bontot terkait kualitas pendidikan dari 34 provinsi. Semua rentetan kasus dan peristiwa di atas telah mengkomunikasikan tentang realitas dunia pendidikan kita. Kita mungkin harus akui dan harus sikapi secara ekstra serius kalau kita memang mau berbenah,” tandas alumni Universitas Padjadjaran Bandung tersebut.