Yusuf mengaku, pasca divaksin beberapa hari ibunya langsung mengalami gejala sakit dan dibawa ke Puskesmas Morodadi. Lantaran tak ada perubahan, ia lalu dibawa ke RSUD Morotai.
“Setelah ke UGD untuk penanganan, saya bilang ke dokter bagaimana ini setelah divaksin malah seperti ini. Dokter sempat bengong, dibawakan ke ruangan untuk oksigen. Tidak ada perubahan malahan tambah sakit,” ujarnya.
Di rumah sakit, sambung Yusuf, tekanan darah ibunya turun hingga 68. Pada 15 Juli, Esti tutup usia di rumah sakit.
“Ibu dipanggil tidak bergerak lagi (meninggal dunia, red). Lalu jenazahnya mau ditahan dan diminta persetujuan keluarga untuk penguburan secara protokol kesehatan oleh dokter, kami menolak,” jelasnya.
Setelah meninggal, kata Yusuf, almarhum ibunya diyatakan positif terpapar Covid-19. Padahal sebelumnya para tenaga medis yang menangani Esti tak mengenakan APD lengkap.
“Jadi meninggal bukan karena Covid-19, tetapi vaksin,” tegasnya.
Menurut Yusuf, pihak keluarga tak meminta apa-apa. Hanya menuntut proses vaksinasi yang lebih bertanggungjawab.
“Tidak minta apa-apa, hanya minta maaf saja. Jangan sampai ada korban ketiga, keempat. Pasca meninggal tidak ada petugas berkunjung. Meninggalnya ibu karena vaksinasi, bukan Covid-19,” tandas Yusuf dengan berlinang airmata.
Kepala Puskemas Morodadi, Mashuri, ketika dikonfirmasi terpisah membenarkan mendiang Esti Rejeki menunjukkan gejala usai vaksinasi dan kemudian meninggal dunia.
Tinggalkan Balasan