Tandaseru — Isu ketidakharmonisan hubungan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Ternate, Maluku Utara, mengejutkan publik. Pasalnya, pasangan ini belum juga 100 hari dilantik memimpin Kota Ternate.
Namun bagi pengamat politik Dr. Helmi Alhadar, fenomena itu sama sekali tak mengejutkan. Sebab sesungguhnya Wali Kota M. Tauhid Soleman dan Wakil Wali Kota Jasri Usman (TULUS) sejak awal lebih gencar dipasangkan dengan orang berbeda.
Apalagi Tauhid lebih terkesan konsisten memilih Nursia Abdul Haris sebagai pasangannya, dan Jasri lebih identik dengan Ikbal Djabid.
“Namun realitas politik di saat itu memaksa kedua orang ini harus bersama sebagai salah satu pasangan kontestan dalam pertarungan perebutan kursi dalam Pilwako Ternate di tahun 2020 kemarin sebagai pasangan terakhir yang diusung parpol untuk mendaftar di KPU,” tutur Helmi, Kamis (22/7).
Dengan melihat perbedaan latar belakang sosial budaya, sambung Helmi, termasuk latar belakang pendidikan keduanya memiliki garis perbedaan yang cukup dalam. Alhasil, potensi untuk mengalami keretakan di perjalanan, apalagi tidak diikuti dengan kemampuan komunikasi yang cukup dari kedua pasangan tersebut, terbilang besar.
“Meskipun di awal pemerintahan Tauhid-Jasri sempat sesumbar bahwa mereka berkomitmen menjadi pasangan yang kompak hingga tahun 2024 nanti, nyatanya belum genap 3 bulan masa pemerintahan konflik mereka sudah terkuak ke publik bahkan terancam pecah, kalau melihat kekecewaan Jasri yang kelihatan mulai terbuka atas kondisi pemerintahan di publik saat ini karena mengaku tidak dilibatkan dalam penunjukan asesmen dan pencopotan Kadis PUPR. Alhasil, perbedaan kepentingan politik makin terlihat di antara mereka,” jabarnya.
“Ibarat orang yang baru menikah, di masa bulan madu semuanya terasa indah, namun begitu masa bulan madu habis konflik bisa muncul bertubi-tubi bahkan bisa berakhir dengan perceraian kalau tidak ada penyelesaian yang adil,” jelas Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Maluku Utara ini.
Tinggalkan Balasan