Tandaseru — Sekolah Teori dan Metodologi (Seriologi) yang digelar Pusat Kajian Masyarakat Islam Kepulauan (Puskamik) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ternate, Maluku Utara, resmi dibuka, Kamis (3/6).
Wakil Rektor III Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ternate, Khalid Hasan mengatakan, penggunaan frasa ‘masyarakat Islam kepulauan’ yang tertuang dalam visi IAIN, tak semata didasari pada latar belakang kampus dengan perihal keislaman.
“Tapi terdapat pertimbangan yang mendasar pada kata kepulauan, yang lekat di kalimat tersebut, sebagai satu kesatuan konseptual,” terang Khalid dalam acara pembukaan di Auditorium IAIN Ternate.
Dari 3 kata tersebut, menurut Khalid, secara faktual menunjukkan sikap kampus yang ikut andil mengambil tanggung jawab akademik, sebagai langkah praksis terhadap isu lingkungan global.
Khalid berujar, saat ini pemanasan global menjadi isu utama yang sangat berpengaruh. Bahkan memengaruhi kehidupan manusia.
“Isu ini menyita perhatian dunia,” katanya.
Menurut dia, fenomena ini tak terjadi secara alami. Tapi terdapat campur tangan manusia, meliputi aktivitas kebudayaan dan serangkaian perangkat teknologi.
“Mulai dari peningkatan suhu bumi yang ekstrem, perubahan cuaca yang cepat, curah hujan yang tinggi, hingga naiknya permukaan air laut yang menyebabkan abrasi pantai dan mengancam pulau-pulau kecil,” ujarnya.
Sementara Malut sendiri memiliki banyak pulau yang tergolong sedang dan kecil, sehingga cukup rentan terkena imbas atas pemanasan global.
“Pertanyaannya, bagaimana manusia menghadapi itu, terutama masalah ekologis dan keterbatasan sumber daya alam,” ucapnya.
Direktur Puskamik IAIN Ternate, Jubair Situmorang menuturkan, dalam mewujudkan visi perguruan tinggi Islam berbasis riset untuk pengembangan masyarakat Islam kepulauan, tak semudah diidealkan.
Jubair mengakui, peran dan tanggung jawab yang diemban Puskamik untuk menyatakan ambisi masyarakat Islam kepulauan bukan perkara mudah.
“Basis anggaran dan epistemologi menjadi sederet masalah yang kerap dilalui,” ujarnya.
Namun bagi Jubair, itu bukan suatu hambatan apabila keberanian serta solidaritas ditopang oleh gagasan ilmu pengetahuan yang terukur.
“Salah satunya adalah program Seriologi ini,” ucapnya.
Dengan demikian, Seriologi menjadi ruang yang memadukan pertemuan akademisi dari berbagai disiplin keilmuan, dalam suasana belajar yang dialogis untuk membangun pemahaman.
“Tentu dari sudut pandang yang bersifat teoritik dan metodologis, sehingga Seriologi menjadi satu dari upaya untuk membumikan visi besar IAIN Ternate, bertajuk riset besar Islam kepulauan,” jelasnya.
Sementara Penanggungjawab Kegiatan, Abdulrauf Wajo mengatakan, Seriologi dilakukan berdasarkan visi IAIN membangun masyarakat kepulauan.
“Kegiatan ini untuk penguatan dalam aspek teori dan metodologinya agar menjadi salah satu langkah untuk kita kembangkan dari sisi ilmuan dan sisi metodologi dan capaian visi itu sendiri,” jelasnya.
Target kegiatan ini sendiri dilakukan hingga beberapa bulan ke depan. Ada 19 narasumber yang merupakan akademisi IAIN, Universitas Khairun dan Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, serta perguruan tinggi luar daerah.
Tinggalkan Balasan