“Permufakatan jahat ini makin merusak tatanan demokrasi dan independensi serta kejujuran dari panitia dalam menyelenggarakan pemilihan. Karena panitia pemilihan menjadi tim sukses dari salah satu calon dan aktif menyusun strategi pemilihan dan rapat-rapat tim sukses oleh panitia. Apa yang bisa diharapkan dari panitia yang sudah tidak jujur dan netral?” ujar Mukhtar.
Mukhtar menilai, demokrasi kampus merupakan sesuatu yang indah, penuh humanis dan keakraban karena lebih mengedepankan pikiran-pikiran cerdas para calon untuk menatap masa depan. Karena itu, sesi diskusi dan debat pikiran para calon mendapatkan porsi yang cukup untuk pengayaan gagasan setiap insan yang ingin mengabdikan tenaga dan pikirannya di institusi akademik.
“Berbeda dengan Unkhair, porsi mendiskusikan pikiran para calon hanya satu kali dalam visi misi. Yang banyak adalah anggota senat menegosiasikan jabatan. Ini budaya yang tidak baik sehingga rotasi kepemimpinan di Unkhair hanya dikuasai oleh kelompok tertentu yang menjabat dari jaman yayasan sampai saat ini tidak mau diganti-ganti. Ini bagian paling menghambat regenerasi kepemimpinan, padahal dalam setiap etape butuh orang berganti,” tandasnya.
Selain Mukhtar, panitia juga menggugurkan dua calon rektor lainnya, yakni Dr. Sutaryo dan Dr. Syamsul Somadayo. Keduanya berasal dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Ketiga calon ini digugurkan dengan alasan yang sama, yakni disebut tidak memiliki pengalaman jabatan manajerial.
Hingga berita ini ditayangkan, Ketua Panitia Seleksi Hidayatussalam yang dikonfirmasi tandaseru.com belum juga memberikan tanggapan.
Tinggalkan Balasan