Tandaseru — Sejumlah masyarakat Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara, yang tergabung dalam Front Masyarakat Adat Maba kembali melakukan aksi di site pertambangan Moronopo milik PT Aneka Tambang di Desa Maba Pura, Rabu (14/4).

Selain demonstrasi, warga juga memboikot aktivitas pertambangan di lokasi tersebut.

Aksi ini dipicu kekesalan warga yang menilai Antam tak serius menanggulangi persoalan pencemaran lingkungan yang diduga berasal dari aktivitas pertambangan emas.

Pencemaran lingkungan tersebut berupa banjir lumpur di pesisir pantai. Demonstrasi hari ini merupakan lanjutan dari aksi protes serupa yang dilakukan pekan lalu.

Dalam orasinya, Rusmin, salah satu massa aksi meminta Antam menghentikan sementara aktivitas pertambangan di Moronopo. Penghentian aktivitas ini untuk memfokuskan pada penanganan limbah di bibir pantai.

“Yang menjadi tuntutan kami adalah aktivitas pertambangan harus dihentikan sementara dan fokus pada penanganan limbah di bibir pantai yang tingginya dua meter lebih,” kata Rusmin.

Warga Halmahera Timur berdemonstrasi dan memboikot aktivitas pertambangan di site Moronopo. (Tandaseru/Yudhi Salam)

Massa aksi juga membuat kesepakatan tertulis yang akan ditandatangani massa dan pihak perusahaan. Kesepakatan tersebut mengatur penghentian aktivitas produksi di Moronopo dan upah buruh tetap dibayarkan tanpa dipotong sepeser pun.

Presiden Corporate Social Responsibility (CSR) PT Antam Tbk Unit Buli, Koko Susetyo yang hadir di tengah massa aksi mengaku tak berani menandatangani kesepakatan tersebut sebelum berkoordinasi dengan manajemen Antam.

“Kalau mau menghentikan pekerjaan, saya tidak bisa. Tetapi saya berkomitmen dan bertanggungjawab akan melakukan pembenahan limbah di bibir pantai,” ucapnya di hadapan massa aksi.

Menurutnya, beberapa hari kemarin sudah ada tim yang turun mengecek lokasi pengelolaan limbah. Pengecekan tersebut sudah tuntas dan saat ini tim tengah mempersiapkan peralatan untuk penanganan limbah.

“Intinya kontraktornya sudah ada, jadi saya berkomitmen akan menyelesaikan hal itu. Jika tidak ditangani maka saya pastikan akan angkat kaki dari Haltim,” tandasnya.

Presiden CSR PT Antam Tbk Unit Buli, Koko Susetyo saat menemui massa aksi. (Tandaseru/Yudhi Salam)

Hingga malam ini, massa aksi masih menduduki site Moronopo dan memboikot aktivitas pertambangan. Pemboikotan dilakukan lantaran massa menilai persoalan pencemaran lingkungan sudah terjadi sejak 2006 namun tak kunjung dituntaskan Antam.