Tandaseru — Peringatan Hari Jadi Tidore (HJT) ke-913 oleh Kesultanan Tidore, Senin (12/4) berjalan khidmat. Perayaan dilakukan sederhana di tengah pandemi Covid-19.

Kesederhanaan tersebut terlihat dari upacara puncak peringati HJT 913 yang hanya dilaksanakan Bobato Adat yang berada di lingkup Kesultanan Tidore tanpa melibatkan pihak lain.

Pantauan tandaseru.com, prosesi upacara hanya mengibarkan bendera kebesaran Kesultanan Tidore dan pembacaan Borero Gosimo oleh Sultan Tidore Husain Sjah.

Sultan Tidore dalam pidatonya mengatakan, upacara tersebut dilaksanakan sangat sederhana karena ada aturan pemerintah terkait sosial distancing saat pandemi Covid-19 melanda.

“Pada intinya agar kita tidak melupakan warisan leluhur yang ditinggalkan kepada kita, agar kita selalu mengenang sejarah,” ujar Sultan.

Anggota DPD RI itu dalam pidatonya menegaskan, persoalan saat ini belum diselesaikan namun sudah ada persoalan yang baru. Sultan juga menyinggung Maklumat yang telah dikeluarkan almarhum Sultan Djafar Sjah tahun 2010.

Ia menegaskan, Maklumat itu perlu menjadi pedoman dan dijunjung tinggi. Sultan berharap, jika pemerintah pusat melihat Maklumat tersebut kuat, maka harus ada solusi yang lain.

“Kalau harus ada daerah khusus, boleh silahkan saja. Kedudukan suatu ibukota provinsi sudah harus punya wajah yang bagus. Tapi kedudukan ibukota yang keadaan saat ini, ini salah siapa? Sudah sekian tahun ibukota Sofifi itu harus jadi bagus, terus uang-uang yang masuk ke pemerintah provinsi untuk membangun Sofifi, kok tidak bisa-bisa. Ini kan mengherankan,” tegasnya.

Sultan mengingatkan pemerintah provinsi agar tidak membuat kegaduhan atau membenturkan masyarakat adat, orang adat dengan orang yang ada di Sofifi atau dataran Oba.

“Kemudian ingin membenturkan masyarakat adat, dan orang adat dengan orang yang ada di Sofifi, ini kan tidak bagus. Siapa bilang Sultan dan Bobato tidak suka Sofifi itu bagus? Bahkan Sofifi itu belum apa-apa, saya pasang badan dan berdarah untuk menempatkan Sofifi sebagai ibukota provinsi. Semua itu untuk siapa? Itu semua untuk orang yang ada di Sofifi, dan orang yang ada di Oba. Semua torang pikirkan itu, jadi alangkah tidak eloknya kalau membuat narasi-narasi bahwa Kesultanan begini dan begitu,” pungkasnya.