“Hanya pernah dikunjungi Sultan Tidore,” ungkap Djufri menirukan pengakuan salah satu warga.

Selain melihat Masjid Tua dan isinya, Wabup Djufri Muhammad juga diajak melihat secara dekat Rumah Tua. Sebuah rumah peninggalan Jamilu di Desa Hila. Di dalam Rumah Tua itu, terdapat pusaka dari Kesultanan Jailolo yang masih terawat dengan baik.

“Selembar kain yang (usianya) sangat tua sekali itu adalah panji Kesultanan. Di situ ada gambar, kayaknya lukisan, burung Goheba berkepala dua. Selain itu ada peninggalan berupa silsilah keturunan Jamilu sampai saat ini, ada (juga) tombak/tongkat, meriam kecil, yang juga katanya dibawa dari Jailolo,” beber Djufri.

Suasana hati Wabup Djufri ketika itu campur aduk. Senang dan gembira, bahkan merasa menjadi manusia paling beruntung karena seakan menemukan kembali “harta karun” milik Kesultanan Jailolo yang sudah dianggap hilang bersama raibnya Sang Sultan Katara Bumi.

Namun ada satu hal yang membuat Wabup Djufri terharu; pengakuan warga Hila yang masih dalam keturunan Jamilu, mengakui asal-muasal mereka dari Jailolo dan mempertahankan hingga kini bahwa mereka adalah orang Jailolo.

Suasana Desa Hila. (Istimewa)

Hal ini membuat Djufri seperti berada di perkampungan Jailolo atau di Halbar, bukan di tanah orang.

“Saya sempat bercanda ke Kabag Pemerintahan, bahwa mama-mama yang ada di Hila Kaitetu ini sama persis dengan situasi yang ada di Gamlamo dan Jalan Baru Jailolo,” tuturnya.

Melihat kecintaan warga Hila, khususnya keturunan Jamilu, Wabup Djufri berinisiatif menawarkan kepada mereka untuk hadir dalam event Festival Teluk Jailolo (FTJ) 2021 nanti. Mereka, kata Djufri, bersedia hadir di FTJ dan akan membawa pusaka dan benda-benda peninggalan Kesultanan Jailolo yang mereka rawat dengan baik selama ini agar bisa dilihat dan diketahui generasi muda Halbar.

Sebaliknya, mereka anak cucu Jamilu juga bisa melihat dan mengetahui budaya adat dari tanah kelahiran leluhur yang mereka panggil Datuk Jamilu itu.

Setelah melihat benda-benda peninggalan serta pusaka Kesultanan Jailolo serta bernostalgia dengan anak cucu Datuk Jamilu, di Desa Hila, Djufri Muhammad kembali ke Kota Ambon.

Perjalanan dari Desa Hila, ke Kota Ambon, kota yang dijuluki Kota Musik oleh UNESCO tersebut menghambiskan waktu lebih kurang 2 jam.

Dalam perjalanan pulang, di atas mobil, Wabup Djufri sempat termenung, ketika melihat pemandangan Teluk Ambon yang indah. Djufri membayangkan betapa luar biasa hebatnya para leluhur kita orang Jailolo. Hanya dengan perahu kora-kora atau juanga mereka berlayar mendayung dari Jailolo daratan Halmahera sampai ke Pulau Ambon. Sungguh heroik!

Makam Datuk Jamilu sendiri diketahui berada di wilayah Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Tepatnya di Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu.

Poin yang ingin ditegaskan Wabup Djufri dalam kunjungannya di Desa Hila, Kaitetu adalah bukan untuk mempersoalkan keturunan Kesultanan Jailolo, tetapi Pemda Halbar ingin menelusuri peninggalan-peninggalan sejarah Kesultanan Jailolo yang selama ini dianggap raib entah kemana.

Mantan Anggota DPRD Halbar tiga periode ini optimis jika serius ditelusuri peninggalan Kesultanan Jailolo, maka kemungkinan masih ada di tempat-tempat lain.