Benda-benda peninggalan Kesultanan Jailolo itu tersimpan rapi di Masjid Tua dan Rumah Tua di Desa Hila Kaitetu. Benda-benda bersejarah tersebut di antaranya mihrab masjid, bedug, tongkat penghotbah (khatib), Alquran tulisan tangan, tempat wudhu, dan banyak lagi peninggalan-peninggalan bersejarah lainnya.
“Itu semua dibawa dari Jailolo,” kisah Djufri.
Di luar masjid, terdapat sebuah prasasti berbahasa Belanda dan sudah diartikan dalam Bahasa Melayu tentang sosok Jamilu. Bahwa Jamilu adalah seorang saudagar atau bangsawan yang kaya raya dari Jailolo. Kekayaan tersebut dia gunakan untuk membangun masjid di Hila atau Kaitetu.
Konon cerita, masjid tersebut dalam kurun waktu tertentu berpindah-pindah tempat, yang mungkin diakibatkan kondisi alam misalnya banjir atau faktor alam lainnya seperti likuifaksi (pergeseran tanah) akibat gempa bumi dahsyat seperti pernah terjadi di Kota Palu, Sulawesi Tengah, 2018 lalu.
Bangunan Masjid Tua yang menjadi rumah bagi barang-barang peninggalan Kesultanan Jailolo tersebut hingga kini masih berdiri kokoh di Desa Hila Kaitetu.
Menurut cerita warga, Masjid Tua yang menjadi museum bagi benda-benda peninggalan Kesultanan Jailolo tersebut dibangun oleh Jamilu sekitar tahun 1514-1517.
Ketika warga Hila, terutama mereka yang masih dalam garis keturunan dari Jamilu, mengetahui kedatangan Wabup Djufri, seketika banyak sekali yang berkumpul. Nostalgia penuh canda tawa mewarnai silaturahmi atau pertemuan antara anak cucu Jamilu yang ada di Desa Hila dengan Wabup Djufri Muhammad.

“Ini saudara kita dari Jailolo,” cerita Djufri menirukan suasana ketika itu.
Antusiasme warga bercengkrama berbagi cerita dan kisah asal muasal keturunan Jamilu yang ada di Desa Hila dan benda-benda bersejarah Kesultanan Jailolo yang masih tersimpan rapi di Masjid Tua dengan pria yang biasa disapa Upi ini berlangsung penuh keakraban. Hingga tanpa terasa sudah berjam-jam mereka habiskan berbagi kabar dan informasi.
Kerinduan anak cucu Jamilu di Hila akan cerita Jailolo atau lebih khusus Kesultanan Jailolo begitu kuat. Sebab selama ini belum pernah dikunjungi utusan Pemda Halbar atau perwakilan Kesultanan Jailolo untuk berbagi kisah asal muasal nenek moyang mereka.
Tinggalkan Balasan