Tandaseru — Sejumlah keluhan disampaikan petugas kebersihan di Central Business District (CBD) Pasar Rakyat Gotalamo II Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, yang bertugas membersihkan limbah ikan. Diantaranya insentif yang dijanjikan dan pengadaan kendaraan roda tiga sebaga sarana pengangkut limbah.
Daeng Hasan, satu dari dua petugas kebersihan mengungkapkan, sejak 4 tahun lalu ia menjadi petugas kebersihan pasar. Sejak para pedagang masih berjualan di Pasar Lama Gotalamo.
Meski tak digaji, ia mendapatkan penghasilan dari upah yang diberikan pedagang ikan. Sayang, sejak pedagang diwajibkan pindah ke CBD, pendapatannya menurun jauh sementara tugasnya justru kian berat.
“Kalau di pasar lama, satu hari bisa dapat Rp 200 ribu. Bagitu pindah pasar baru, dapat Rp 50 ribu saja untung-untung,” ungkapnya kepada tandaseri.com, Minggu (3/1).
Turunnya pendapatan Daeng Hasan bersama petugas kebersihan lain yang juga saudaranya itu tak lain akibat menyusutnya jumlah pedagang ikan serta hasil jualan mereka. Dampaknya, pemenuhan kebutuhan sehari-hari para petugas kebersihan ikut kembang kempis.
“Di pasar baru ada yang kasih Rp 5 ribu, ada yang kasih Rp 10 ribu. Itu pun kalo dorang (mereka, red) pe ikan laku,” akunya.

Di sisi lain, jarak lokasi pembuangan limbah ikan di Daruba Pantai dengan CBD jauhnya kurang lebih 3 kilometer. Ini jauh lebih jauh dibandingkan saat masih beraktivitas di pasar lama.
“Sedangkan saya buang limbah ikan pake goroba (gerobak, red). Saya harus tola (dorong, red) limbah deng goroba jalan kaki dari CBD ke Darpan yang jaraknya kurang lebih 3 kilometer. Kalo dulu di pasar lama dekat saja,” terang Daeng Hasan.
Selaku Ketua Petugas Kebersihan Pasar Modern, Daeng Hasan mengaku telah mengusulkan ke pengelola pasar agar mengadakan kendaraan roda tiga. Dengan kendaraan tersebut, pekerjaan mereka bisa lebih mudah.
Pasalnya, di lokasi CBD sendiri belum ada tempat pembuangan limbah ikan. Fasilitas pembuangan yang dibangun belum kelar hingga kini.

“Saya sudah usul beli Viar (merk kendaraan roda tiga, red), tapi sampe sekarang belum ada,” sambung Daeng Hasan.
Daeng Hasan juga mempertanyakan pemberian insentif yang dijanjikan Pemerintah Daerah sebesar Rp 2 juta. Sampai saat ini insentif tersebut belum diterimanya.
“Katanya dipending ada sekitar 10 orang lebih. Sampe sekarang saya belum dapat insentif itu. Saya juga masuk data bantuan penerima insentif itu tapi sampe sekarang tidak ada. Padahal saya juga sudah buka rekening. Saya berharap secepatnya bisa dicairkan,” ujarnya.
Tinggalkan Balasan