Oleh: Herman Oesman
Dosen Sosiologi FISIP UMMU
_______
“Dalam konteks budaya populer, bendera merepresentasikan semangat kebebasan, solidaritas, dan perjuangan dari pinggiran”
DALAM dunia fiksi populer, simbol visual acapkali lebih kuat dari kata-kata. Salah satu simbol yang menonjol adalah Jolly Roger, bendera bajak laut dalam serial manga dan anime One Piece karya Eiichiro Oda, yang dalam beberapa hari terakhir jelang peringatan Proklamasi 80 RI, menjadi viral dan memantik spekulasi di ruang publik. Bendera ini bukan sekadar penanda identitas kelompok bajak laut, tetapi menjadi lambang perlawanan terhadap otoritas yang korup, pencarian kebebasan mutlak, dan manifestasi mimpi-mimpi individu yang melampaui batas struktur sosial yang menindas.
Dalam konteks sosiologis, bendera One Piece merepresentasikan bentuk perlawanan kultural terhadap sistem yang hegemonik.
Sejarah mencatat bahwa bendera bajak laut (Jolly Roger) di era keemasan bajak laut (1650-1730) merupakan lambang teror, simbol ancaman kepada kapal dagang dan negara-negara maritim (Rediker, 2004: 34).
Namun, dalam One Piece, bendera bajak laut mengalami redefinisi makna. Bendera ini menjadi simbol perlawanan terhadap World Government, entitas global yang penuh dengan ketidakadilan dan penindasan.
Menurut Susan J. Napier, budaya pop Jepang kerap menggunakan simbol visual untuk menggugat norma sosial yang kaku (Napier, 2005: 147).
Bendera bajak laut dalam One Piece merupakan bentuk “cultural subversion”, yaitu ketika elemen-elemen dari budaya mainstream diputar balik untuk menciptakan narasi tandingan. Para bajak laut dalam One Piece tidak semata-mata perampok laut, melainkan figur-figur yang menolak tunduk pada sistem otoritarian yang menghalangi kebebasan mereka.
Perlawanan dari Pinggiran
Karakter Monkey D. Luffy dan krunya, Straw Hat Pirates, membawa bendera tengkorak dengan topi jerami, yang menjadi ikon khas mereka. Topi jerami merupakan simbol kesederhanaan, kedekatan dengan rakyat kecil, serta penanda posisi marjinal dalam hirarki sosial dunia One Piece. Bendera ini menjadi tanda bahwa mereka bukan sekadar bajak laut biasa, tetapi kelompok yang memperjuangkan “kebebasan untuk bermimpi”.
Seperti dikemukakan Christian Fuchs, simbol perlawanan dalam budaya pop kerap berakar dari narasi pinggiran (periphery narratives) yang menantang sentralisasi kekuasaan (Fuchs, 2014: 180).
Luffy dan krunya, dengan bendera mereka, merupakan representasi dari kelompok- kelompok kecil yang menentang dominasi negara-bangsa global yang eksploitatif. Melalui perjalanannya, Luffy menunjukkan bahwa perlawanan tidak selalu datang dari kekuatan militer atau politik, melainkan dari keberanian mempertahankan idealisme.
Dalam One Piece, bendera bajak laut bukan hanya simbol perlawanan, tetapi juga lambang solidaritas dan identitas kelompok. Ketika bendera bajak laut Nico Robin (Ohara) dibakar oleh World Government, momen itu merepresentasikan upaya penghapusan identitas budaya dari kekuasaan hegemonik (Oda, 2000, Vol. 41, Ch. 398).
Namun, Straw Hat Pirates kemudian membakar lambang World Government di Enies Lobby sebagai balasan simbolik, menandai penolakan terhadap kekuasaan yang menindas dan membela hak individu untuk menentukan nasib sendiri.
Eric Hobsbawm menjelaskan bahwa bendera acapkali menjadi alat konsolidasi identitas kelompok tertindas (Hobsbawm, 1990: 79).
Dalam konteks One Piece, Jolly Roger bukan sekadar bendera bajak laut, tetapi menjadi “bendera rakyat” yang mewakili suara-suara yang tidak didengar dalam tatanan dunia yang otoriter.
Fenomena penggunaan bendera sebagai simbol perlawanan tidak hanya ada di dunia fiksi. Dalam sejarah dunia nyata, bendera kerap digunakan untuk melambangkan perjuangan rakyat, seperti bendera Che Guevara yang menjadi ikon perlawanan global (Anderson, 2007: 112).
Demikian pula, bendera bajak laut dalam One Piece telah melampaui batas fiksi, menjadi simbol perjuangan generasi muda terhadap ketidakadilan dan sistem sosial yang mengekang.
Menurut Henry Jenkins, fandom acapkali mengadopsi simbol-simbol dari budaya populer untuk membangun identitas kolektif perlawanan (Jenkins, 2006: 147).
Fandom merupakan istilah bagi komunitas atau kelompok penggemar yang memiliki kesukaan dan minat atas sebuah karya seni, dan lain-lain.
Para penggemar One Piece kerap menggunakan simbol Jolly Roger dalam demonstrasi, karya seni, dan media sosial sebagai bentuk ekspresi ketidakpuasan terhadap ketidakadilan di dunia nyata.
One Piece tidak hanya berbicara tentang petualangan bajak laut di lautan, tetapi juga memuat kritik sosial yang tajam terhadap imperialisme, rasisme, dan oligarki. Bendera bajak laut dalam serial ini menjadi metafora perlawanan global, di mana kelompok- kelompok kecil dengan beragam latar belakang bersatu melawan tatanan dunia yang eksploitatif.
Tentang hal ini, Susan J. Napier mencatat bahwa One Piece menawarkan “utopia perlawanan”, di mana mimpi individu lebih berharga daripada doktrin negara (Napier, 2016: 203).
Bendera Straw Hat Pirates menjadi simbol utopia itu, menandai perlawanan dari kelompok- kelompok kecil yang berjuang membangun dunia yang lebih adil.
Bendera bajak laut dalam One Piece bukan sekadar ornamen visual, melainkan simbol perlawanan terhadap ketidakadilan, penindasan, dan hegemoni global. Dalam konteks budaya populer, bendera ini merepresentasikan semangat kebebasan, solidaritas, dan perjuangan dari pinggiran. Seperti bendera-bendera perlawanan di dunia nyata, Jolly Roger One Piece menjadi lambang harapan bagi mereka yang berani bermimpi dan melawan struktur yang menindas. (*)
Tinggalkan Balasan