Tandaseru — Pengamat ekonomi Maluku Utara Mukhtar Adam mempertanyakan kajian dampak ekonomi masuknya ritel modern Alfamidi dan Indomaret di Kota Ternate, Maluku Utara. Mukhtar meminta Pemerintah Kota Ternate menunjukkan kajian akademik tersebut kepada publik.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Khairun Ternate ini menyatakan, Wali Kota mesti terbuka dan transparan soal kajian tersebut. Menurutnya, publik pasti ingin tahu soal analisis investasi ritel besar terhadap serapan angkatan kerja, sumbangan ritel besar terhadap pertumbuhan ekonomi, sumbangan ritel besar terhadap pengentasan kemiskinan dan lainnya.

“Sebagai indikator kinerja dari Wali Kota, jangan cuma bilang ada kajian tapi Wali Kota tidak berani membuka hasil kajiannya,” kata Mukhtar melalui siaran persnya kepada tandaseru.com, Selasa (1/12).

Ia bilang, alangkah baiknya Wali Kota Burhan Abdurahman membuka hasil kajian ketimbang memerintahkan anak buahnya ‘berbalas pantun’ terkait polemik masuknya ritel modern ke Ternate.

“Masak pemerintahan kota seperti sastrawan yang membaca bait-bait, puisi tanpa isi, padahal negara menyediakan segala fasilitasnya,” ucapnya.

“Jika ada hasil kajian, sebagai akademisi saya minta hasil kajiannya agar Wali Kota tidak usah capek-capek balas komentar saya. Saya akan menulis hasil analisis kajian Pemkot terhadap investasi dan saya akan kirim langsung ke Wali Kota, bahkan siap berdebat dengan tim Pemkot terkait manfaat dan mudarat terhadap ruang kompetisi bisnis yang seimbang antarkelas dalam perekonomian,” tegas Mukhtar.

Mukhtar menjelaskan, ia tak menolak masuknya ritel modern secara membabi-buta. Sebab yang dibutuhkan hanyalah pembatasan.

“Sekali lagi pembatasan. Contoh, batasi saja dari Mangga Dua sampai Kampung Makassar ritel besar, agar berkompetisi dengan mal dan pelaku menengah di pasar yang sama. Tapi tolong Wali Kota batasi jangan izinkan gerai mereka di Gambesi, Sasa, Jambula, Fitu. Sebab lawan dari ritel besar di situ adalah warungnya Bibi Jainab, warungnya Om Senen, Om Hasib, Om Kader, tidak sepantasnya disuruh bersaing pada kelas investasi yang berbeda,” jabarnya.

Ia menambahkan, dirinya tak bermaksud menyerang Burhan Abdurahman secara personal.

“Yang saya sentil Wali Kota, bukan Burhan. Bahkan jawaban para stafnya bagi saya bukan kelasnya karena mereka hanya bawahan dari Wali Kota, karena semuanya adalah fungsi Wali Kota sebagai pemegang amanah pemerintahan. Tapi sudahlah, tidak terlalu cukup penting membicarakan perilaku orang per orang, yang terpenting adalah langkah kebijakan Wali Kota jika didasari kajian, ayo buka. Saya bahkan minta mana hasil kajiannya agar mari dengan jujur dan indikator yang jelas kita mengkajinya secara bersama-sama untuk mengukur manfaat dan mudarat terhadap masyarakat kota,” tandas Mukhtar.

______