Tandaseru — Kehadiran Alfamidi dan Indomaret di Kota Ternate, Maluku Utara di tengah pandemi Covid-19 disayangkan pengamat ekonomi. Pemerintah Kota dinilai sengaja mengizinkan beroperasinya dua waralaba raksasa itu untuk ‘mematikan’ usaha kecil.
Pengamat Ekonomi Malut Mukhtar Adam mengungkapkan, masuknya kedua perusahaan di tengah pandemi Covid-19 saat ini menimbulkan tanda tanya. Sebab ekonomi lokal sedang lesu dihantan pandemi dan masyarakat dalam kesulitan ekonomi, Pemkot justru menghadirkan dua perusahaan besar tersebut.
Mau tak mau, pedagang kecil harus bersaing dengan dua waralaba itu.
“Hal ini sangat tidak masuk akal. Masuknya kedua perusahaan ritel Alfamidi dan Indomaret itu lebih pada Wali Kota yang kebetulan memasuki masa akhir jabatan sehingga perlu diduga ada yang tidak beres dengan masuknya kedua perusahaan tersebut. Di tengah pandemi Covid-19 dan kelesuan ekonomi yang diderita UMKM, masih saja ada persaingan tidak sehat antara kelompok pemodal besar dan warung kecil,” ujarnya, Selasa (17/11).
Dia bilang, skema bisnis yang tidak adil ini membuat pelaku usaha seperti warung-warung kecil ‘terkapar’. Mukhtar mencurigai, adanya dugaan konspirasi masa akhir jabatan Wali Kota Burhan Abdurahman dalam mendorong bisnis pelaku besar yang menyerbu kota kecil dan mendobrak warung-warung kecil.
“Ketidakadilan bisnis ini diduga ada aktivitas buruk di balik menjamurnya kedua perusahaan besar yang mengepung pelaku usaha keci. Atas ketidakadilan ini perlu diminta penjelasan Wali Kota, baik oleh DPRD maupun publik agar lebih transparan kebijakan yang dilakukan oleh Wali Kota di masa akhir jabatannya,” tegas Dosen Ekonomi Universitas Khairun ini.
Rahman, salah satu pemilik kios di Kelurahan Salero, Ternate Utara ketika dijumpai tandaseru.com mengaku penjualan di kios cenderung menurun usai masuknya Alfamidi dan Indomaret di Ternate.
“Kita yang pedagang kecil begini tidak mungkin bersaing dengan mereka, dari harga saja kita beda,” ungkapnya.
Rahman mengaku Ternate terlalu ‘kecil’ jika tiap kelurahan terdapat Indomaret dan Alfamidi.
“Kita bisa tutup, karena setiap kelurahan pasti ada Alfamidi dan Indomaret. Kita hanya berharap pendapatan dari sini, jika orang tidak belanja kita tidak bisa putar modal,” akunya.
Senada, pemilik warung lain, Nurlaila mengaku hadirnya Alfamidi dan Indomaret mengancam keberadaan pedagang kecil.
“Sekarang semua kelurahan ada Alfamidi dan Indomaret, orang so tara beli lagi tong pe jualan di kios,” katanya.
Branch Manager Alfamidi Sulut Malut Deni Firmanto saat dikonfirmasi mengatakan kehadiran Alfamidi di Ternate sebenarnya tidak mengganggu usaha kecil. Karena selain memudahkan masyarakat sebagai pelanggan, Alfamidi juga berkomitmen membantu UMKM misalnya kios, warung atau kelontongan.
“Sekarang ini Alfamidi sementara menyiapkan program kemitraan dengan kios atau warung pada radius 5 kilometer dari titik Alfamidi dan diakomodir melalui program Store Sales Point (SSP),” tuturnya.
Program ini, kata Deni, direncanakan dalam waktu dekat akan di-launching di Ternate.
“Nantinya kios dan warung bisa mengorder produk di Alfamidi dengan harga khusus. Sehingga bisa jual kembali dengan harga sama dengan Alfamidi atau bahkan harga di bawahnya dan tetap mendapatkan keuntungan,” ungkapnya.
Untuk meningkatkan kompetensi, lewat program ini Alfamidi akan melakukan pelatihan manajemen ritel. Mulai dari cara display produk sampai tata kelola keuangan.
“Menariknya barang dagangan yang diorder oleh kios atau warung akan diantar langsung oleh tim. Jadi bisa lebih efisien dari pengeluaran transportasi,” sambungnya.
Mekanismenya, pedagang yang bermitra dengan Alfamidi akan mendapatkan kartu member. Untuk melakukan pemesanan barang ulang, pedagang cukup SMS dan diantar oleh Member Relation Officer (MRO).
“Perlu diketahui, selama ini keberadaan Alfamidi di daerah-daerah tercatat tidak ada satu pun warung atau kios yang tutup karena kehadiran Alfamidi. Justru sebaliknya banyak kios yang bermitra dengan Alfamidi. Saya kira hal ini mesti dipahami masyarakat. Kalau memang ada kios yang tutup itu bukan karena kehadiran Alfamidi melainkan karena manajemennya yang salah,” urai Deni.
Soal sosialisasi, menurut Deni sudah banyak yang dilakukan pihaknya. Misalnya memberikan bantuan 100 paket bahan pokok kepada warga terdampak Covid-19, bantuan perlengkapan sekolah di akhir 2019, bantuan gerobak, bantuan seragam sepakbola, bantuan toko pesantren, juga ikut serta dalam kegiatan pemerintah.
“Itu adalah bagian sosialisasi kami ke masyarakat yang berkolaborasi dengan pemerintah,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan