Oleh: Igrissa Majid
Warga Negara Biasa
______
TERNATE sudah resmi menjadi Kota Rempah. Tapi susah air. Memang begitu, intricate sebuah kota yang dikelola dengan selera kampungan. Saya bilang bagini, biar policy maker-nya sadar bahwa tidak sekadar memoles wajah kota menjadi kinclong, atau untuk cari nama. Tapi kalesang warga pe gale-gale itu penting.
Sebagai Spice City, Kota Rempah saya pe maksud, hal-hal mendasar seperti kebutuhan air bersih harus diprioritaskan. Saya tinggal di Ngade Puncak, Ternate Selatan, Asrama Haji pe kadara. Baru datang dari tanjung-tanjung satu bulan ini. Saya amati, kadang dua sampai tiga hari baru keran kase muncrat air. Kota Rempah kong bagini, Pak Wali? Kadang saya nae ojek pi Tanah Tinggi. Sama, bak kosong. Keran mati. Model ini? Akhirnya saya tara mandi.
Kong?
Kekurangan air adalah ancaman besar. Penataan kota tara betul sudah pasti mengancam hidup kita secara berkelanjutan. Sebuah kota tidak akan bertahan hanya sekadar berpijak pada identitas kulturalnya. Tapi kota menjadi lebih bermartabat jika kebutuhan dasar warga terpenuhi. Karena tidak mungkin bertahan hidup tanpa air.
Persoalan ini tentunya mengkhawatirkan kita semua. Laporan Organisasi Meteorologi Dunia (2021) pernah mengingatkan kita, pertumbuhan penduduk makin padat dan akses air tidak memadai hingga 2050 akan mengalami peningkatan lebih dari 5 miliar.
Tinggalkan Balasan