Tandaseru — Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara memiliki sejumlah cara mengenang para pahlawan dan menghargai jasa mereka. Selain melakukan tabur bunga di makam pahlawan, Pemkab juga merenovasi rumah pejuang.

Bupati Kepsul Hendrata Thes kepada tandaseru.com mengungkapkan, jelang Hari Ulang Tahun Republik Indonesia, digelar tabur bunga di makam Ismail Sahjuan Sangadji yang dikenal juga dengan nama Ismail Digoel. Ismail merupakan salah satu perintis kemerdekaan RI asal Kepsul yang pernah diasingkan belasan tahun di Boven Digoel, Papua.

“Setiap tahun saat 17 Agustus itu ada penghormatan untuk pahlawan, yakni dengan tabur bunga di makam pahlawan. Dan pahlawan kita di Sula itu kan almarhum Pak Ismail Digoel,” ungkap Hendrata di kediamannya di Desa Fagudu, Kecamatan Sanana, Kepulauan Sula, Sabtu (15/8).

Selain Ismail Digul, lanjut Hendrata, ada juga penghargaan untuk salah satu pahlawan pemekaran kabupaten, yakni Hatim Mayau.

“Sebagai pejuang pemekaran Kabupaten Kepulauan Sula, penghargaan yang kita berikan adalah kita renofasi rumah beliau dan mendaftarkan beliau untuk berangkat naik haji, karena jasa beliau sebagai pejuang yang memperjuangkan Sula sampai jadi kabupaten. Ini salah satu pejuang yang masih hidup, maka wajib bagi kita memperhatikan beliau selaku tokoh pemekaran kabupaten,” tegasnya.

Tak hanya itu, lanjut Hendrata, Pemda juga telah memikirkan sebuah penghargaan khusus terhadap tokoh perintis kemerdekaan RI asal Kepulauan Sula. Yakni membuatkan taman makam pahlawan khusus.

Namun sampai saat ini lokasi yang dirasa tepat belum ditemukan. Pemkab pun masih terus melakukan pencarian.

“Sehingga jadi tempat untuk semua orang bisa kunjungi, dan diketahui banyak orang bahwa ini adalah salah satu pahlawan di Sula,” ujar Hendrata.

Untuk memindahkan makam Ismail Digoel, kata Hendrata, ia juga harus berkoordinasi lebih dulu dengan keluarga mendiang Ismail. Pemkab butuh persetujuan keluarga untuk melakukan pemindahan ke taman makam pahlawan kelak.

“Kalau pihak keluarga mau, maka tinggal diseriusi saja, karena ini merupakan suatu penghargaan dan nantinya seluruh masyarakat di Sula ini bisa tahu bahwa makam pahlawan di Sula itu ada di sini,” terang Hendrata.

Hendrata juga berharap agar seluruh masyarakat di Sula bisa menghargai dan menghormati jasa para tokoh yang pernah berjuang, baik untuk daerah maupun negara.

“Kita sebagai orang Sula harus menghargai jasa-jasa orang yang sudah pernah berbuat untuk daerah kita. Minimal kenal dan hargai,” tandasnya.

Salah satu cucu Ismail Digoel, Zaitun Nurlatifa Sangadji kepada tandaseru.com mengaku pihak keluarga bersedia jika makam Ismail Digoel dipindahkan. Hanya saja, keluarga menginginkan seluruh anggota keluarga yang pernah diasingkan bersama sang kakek di Digoel ikut dipindahkan. Itu berarti sang istri Ramlah Pauwah, dan tiga anak mereka, serta ayah Ismail dan saudara perempuan Ismail.

“Keluarga sangat mau kalau Pemda berencana memindahkan makam kakek. Asalkan semua makam keluarga yang pernah diasingkan sama-sama di Biven Digoel juga ikut dipindahkan,” tutur Zaitun.

Jika rencana itu berjalan, kata dia, Pemda lebih dulu harus menyiapkan lokasi.

“Kalau bisa, Pemda harus siapkan dulu taman makam pahlawannya. Kalau sudah siap, maka kami keluarga sangat mau makam itu dipindahkan,” pungkasnya.