Tandaseru — Sofifi adalah amanat leluhur. Tanah yang tersisa ini harus dijaga, dicintai. Lihat sejarah, Tidore sudah terlalu banyak memberikan sesuatu yang berharga. Wahai orang-orang yang datang di Sofifi, jangan mengadu domba. Sofifi dan wilayah Oba Utara hingga ke Oba Selatan dulu adalah milik Kesultanan Tidore.
Demikian orasi yang disampaikan tegas dan lantang oleh Sultan Tidore Husain Alting Sjah saat merespons tuntutan sikap yang disampaikan perwakilan Presidium Rakyat Tidore dalam aksi penolakan Daerah Otonomi Baru (DOB) Sofifi di Kedaton Tidore, Kamis (17/7/2025).

Sultan mengatakan, menilik sejarah perjuangan memisahkan Maluku Utara dengan Provinsi Maluku saat itu berdarah-darah, penuh perjuangan dalam menyuarakan betapa pentingnya orang Maluku Utara harus berdiri menjadi provinsi sendiri.
“Dan alhamdulillah perjuangan tersebut disetujui. Setelah itu, ada persoalan saat penetapan ibu kota provinsi Maluku Utara. Saya menjadi saksi hidup, terlibat langsung bersama seluruh pemangku kepentingan di kabupaten Halmahera Tengah, terjadi tarik ulur dengan Ternate, namun kami bersikeras mempertahankan ibu kota provinsi harus di Tidore,” jelasnya.
Ia memaparkan, jalan tengah saat itu, pemerintah pusat mengambil keputusan menetapkan ibu kota provinsi sementara berada di kota Ternate, namun definitifnya di kota Tidore, lalu penempatannya di Sofifi.
“Itulah kronologisnya, tidak bisa dipungkiri, yang dimaksudkan dengan Sofifi adalah di kota Tidore Kepulauan. Sesudah penempatan Sofifi kota Tidore Kepulauan sebagai ibu kota, perpindahannya pun setengah mati. Saya mendesak Muhyi Effendie sebagai Penguasa Darurat Sipil, saya memberikan warning kepadanya, bahwa ibu kota sudah saatnya untuk segera pindah ke Sofifi kota Tidore. Jika tidak, maka saya akan menggiring masa untuk membumihanguskan Ternate,” tegasnya.
Upaya dan perjuangan tersebut berhasil. Ibu kota provinsi Maluku Utara akhirnya berpindah ke Sofifi.
“Akan tetapi hari ini, melihat Papua dan Halmahera Tengah telah kami berikan, semua sudah dipisahkan, hingga kini tinggal Tidore dan mereka datang mengobok-obok, sudah tidak lagi memperhitungkan, maka sudah saatnya orang Tidore harus bangkit. Siapa pun anda, jika merasa menjadi orang Tidore, jangan tidur dan terlelap dengan suasana ini. Hari ini saya berdiri di hadapan bapak ibu sekalian bukan berarti saya takut Sofifi akan pisah, tetapi ada hal lain yang tidak bisa saya ungkapkan di kesempatan ini. Bapak Presiden Prabowo harus kaji baik-baik, orang yang paling cinta terhadap republik ini adalah orang Tidore,” tukasnya.
Sultan secara tegas mengajak masyarakat kota Tidore Kepulauan untuk bangkit dan bersama-sama menjaga tanah yang menjadi amanat leluhur.
“Jangan biarkan amanat itu dirampas. Bangkit dan pikul amanat ini di atas tangan sendiri, haus dan panas, napas di atas tidurmu, jangan pilih hidup bagaikan nyanyian ombak, yang terhempas di tepian pantai,” tandasnya.
Tinggalkan Balasan