Menurutnya, pekerjaan perbaikan jalan itu melibatkan sekitar 8 orang rekannya sesama penarik bentor.
“Kami tampal ini supaya masyarakat pun ikut senang saat berkendara, karena selama ini jalan rusak tapi tidak ada yang perhatikan. Mau tidak mau tukang bentor harus turun tampal,” timpalnya.
Sebagai tukang bentor, Hairil mengaku resah melihat kondisi jalan yang sudah rusak dan tidak kunjung diperbaiki. Padahal, letak badan jalan tersebut berada di pusat kota.
“Sementara untuk material kami beli patungan dan itu menghabiskan sekitar Rp 300 ribu lebih karena beli semen dan paser. Bukan nilai uangnya tapi keselamatan warga sangat penting,” tandasnya.
Tinggalkan Balasan