“Selama ini hanya dibuang menjadi overburden dan yang diolah hanyalah nikel kadar tinggi ataupun saprolit,” ungkap Roy.
Dengan teknologi HPAL, Harita Nickel telah mengelola nikel berkadar rendah menjadi lebih bernilai sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar. Harita Nickel telah memenuhi kebutuhan pasar terhadap baterai kendaraan listrik berupa barang setengah jadi.
Teknologi ini mampu mengolah nikel limonit yang selama ini tidak dimanfaatkan menjadi produk bernilai strategis, yaitu Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
Tak sampai di situ, tahap proses berikutnya yang juga dikembangkan oleh Harita Nickel, MHP akan diolah lebih lanjut menjadi Nikel Sulfat (NiSO4) dan Kobalt Sulfat (CoSO4) yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik.
Selain itu, di Pulau Obi yang kaya mineral ini Harita Nickel konsisten membangun industri pertambangan terintegrasi dari hulu hingga ke hilir.
Dimulai dari pertambangan pada tahun 2010 melalui PT Trimegah Bangun Persada Tbk, Harita Nickel telah mengejawantahkan apa yang menjadi amanat dari pemerintah akan semangat hilirisasi.
Sejak tahun 2015, Harita Nickel telah melakukan hilirisasi melalui pengolahan nikel kadar tinggi (saprolit) melalui PT Megah Surya Pertiwi dengan 4 jalur produksi feronikel.
Tinggalkan Balasan