Bijih nikel limonit akan disuplai ke Pabrik HPAL yang memiliki kapasitas 8,3 juta ton untuk diolah menjadi MHP dan turunannya.
“Ini kapasitas konsumsi bijih nikel limonitnya sekitar 8,3 juta. Dan output-nya berupa MHP atau mixed hydroxide precipitate itu sekitar 365 ribu ton MHP. Di mana kadar nikelnya sekitar 45% dan kadar kobaltnya sekitar 5%,” jabarnya.
Sementara bijih nikel saprolit dikirim ke dua pabrik peleburan dengan metode rotary kiln-electric furnace (RKEF) untuk menjadi feronikel. Total kapasitas dua pabrik peleburan RKEF, yakni Pabrik PT Megah Surya Pertiwi (MSP) Pabrik PT. Halmahera Jaya Feronikel (HJF), mencapai 11 juta ton per tahun.
Nikel merupakan material yang bisa diandalkan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari penggunaan bahan sendok-garpu, alat bedah di rumah sakit, velg mobil, dan tentu saja untuk bahan baterai kendaraan listrik.
Baterai berbasis nikel punya keunggulan mampu menyimpan energi listrik yang lebih besar dan tahan lama. Selain itu, baterai berbasis nikel memiliki ketahanan tinggi terhadap perbedaan iklim.

Hal ini membuat mobil yang menggunakan baterai berbasis nikel cocok bagi pengguna yang sering bepergian jarak jauh maupun berada di daerah dengan suhu ekstrem. Keunggulan ini bikin material nikel sulfat terus jadi incaran sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik.
Pada 2019, para peneliti nikel dari Wood Mazkenzie, perusahaan penyedia data dan analisis global untuk transisi energi, menyebut konsumsi nikel sebagai nikel sulfat meningkat sebesar 28 persen atau 162 kiloton. Konsumsi terbesar berasal dari Tiongkok. Pada 2025 mendatang, konsumsi nikel global untuk bahan baku baterai kendaraan listrik diperkirakan naik jadi 265 kiloton.
Permintaan yang besar untuk industri ini membuat produksi nikel sulfat semakin banyak dilakukan secara global, termasuk Indonesia yang dikenal punya cadangan nikel terbesar di dunia.
Wood Mazkenzie mengungkapkan, produksi nikel kini masih didominasi negara-negara Asia, seperti China, Jepang, Korsel, dan Taiwan. Sementara Indonesia yang ikut memasok produk nikel, jumlah produksinya terus meroket setiap tahun.
Keberhasilan Harita Nickel memproduksi bahan baku baterai mobil listrik dengan teknologi HPAL membuat Indonesia sudah setengah jalan memproduksi baterai mobil listrik secara mandiri. Bahkan bukan tidak mungkin Indonesia bisa memproduksi mobil listrik sendiri.
Tinggalkan Balasan