Sebagai ilustrasinya, Thorndike menggambarkan sebagai berikut:
- Hewan mengejar mangsanya, siap untuk menerkam dan memakannya
- Seorang anak melihat sesuatu barang yang sangat menarik di kejauhan, siap untuk menghampirinya, memegangnya, dan mempermainkannya.
2. Hukum Latihan (Law of Exercise)
Law of Exercise mengandung dua hal, yaitu sebagai berikut.
- Law of Use, hubungan–hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah kuat kalau ada latihan
- Law of Disuse, hubungan–hubungan atau koneksi–koneksi akan menjadi bertambah lemah atau terlupa kalau latihan–latihan atau penggunaan dihentikan.
Persoalan menjadi kuat itu ditentukan oleh meningkatnya kemungkinan bahwa respon akan dilakukan apabila situasi yang demikian itu dihadapi lagi. Kemungkinan ini dalam dua bentuk, yaitu:
- Menjadi lebih besarnya kemungkinan kalau situasi atau kejadian segera diulangi
- Rendahnya kemungkinan kalau berulangnya kejadian itu berjarak lama.
Akan tetapi, keterangan tetang kekuatan dengan kemungkinan itu menjadi bahan perbantahan. Pada umumnya, orang di Amerika Serikat menolak dasar struktural yang dikemukakan oleh Thorndike mengenai hubungan (koneksi) itu, yaitu perubahan-perubahan menjadi lebih kuat atau lebih lemahnya hubungan itu mempunyai dasar neorlogis yang terdapat pada synapsis–synapsis. Karena keterangan tesebut mengandung kelemahan-kelemahan, maka Thorndike pada akhirnya membuat perubahan–perubahan pada hukum tersebut.
3. Hukum Efek (Law of Effect)
Law of Effect menunjukkan kepada makin kuat atau makin lemahnya hubungan sebagai akibat daripada hasil respons yang dilakukan. Apabila suatu hubungan atau koneksi dibuat dan disertai atau diikuti oleh keadaan yang memuaskan, maka kekuatan hubungan itu akan bertambah, sebaliknya apabila suatu koneksi dibuat dan disertai atau diikuti oleh keadaan yang tidak memuaskan, maka kekuatan hubungan itu akan berkurang.
Perumusan hukum efek banyak menerima kritikan. Pada pokoknya, ada dua keberatan yang diajukan terhadap hukum efek tersebut, yaitu :
- Kepuasan dan ketidakpuasan adalah masalah subjektif, jadi tidaklah tepat untuk menggambarkan tingkah laku hewan
- Pengaruh (effect) daripada apa yang dialami atau terjadi di masa lampau yamg dirasakan kini tidak dapat diterima, sebab apa yang lampau adalah sudah lampau dan pengaruhnya tidak dapat dirasakan.
Perumusan Thorndike banyak mengandung kelemahan–kelemahan. Jika dikatakan dengan sederhana yang dimaksud Thorndike adalah: Hadiah atau sukses akan berakibat dilanjutkannya atau diulanginya perbuatan yang membawa hadiah atau sukses itu, sedang hukuman atau kegagalan akan mengurangi kecenderungan untuk mempertahankan atau mengulangi tingkah laku yang membawa hukuman atau kegagalan itu.
Selain hukum pokok belajar tersebut di atas, masih terdapat hukum subside atau hukum-hukum minor, yaitu:
a. Law of Multiple Response
Supaya sesuatu respon itu memperoleh hadiah atau berhasil, maka respons itu harus terjadi. Apabila individu dihadapkan pada sesuatu soal, maka dia akan mencoba–coba berbagai cara; apabila tingkah laku yang tepat (yakni yang membawa penyelesaian atau berhasil) dilakukan maka sukses terjadi, dan proses belajar pun terjadi. Hal tersebut akan berlaku sebaliknya.
b. Law of attitude (Law of Set, Law of Disposition)
Respon–respon apa yang dilakukan oleh individu itu ditentukan oleh cara penyelesaian individu yang khas dalam menghadapi lingkungan kebudayaan tertentu. Sikap (attitude) tidak hanya menentukan apa yang akan dikerjakan oleh seseorang tetapi juga cara yang kiranya akan memuaskan atau tidak memuaskan baginya.
c. Law of Partial Activity (Law of Prepotency Element)
Pelajar atau organism dapat bereaksi secara selektif terhadap kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam situasi tertentu. Manusia dapat memilih hal-hal yang pokok dan mendasarkan tingkah lakunya kepada hal-hal yang pokok itu serta meninggalkan hal-hal yang berkecil-kecil.
d. Law of Response by Analogy (Law of Assimilation)
Orang bereaksi terhadap situasi yang baru sebagaimana dia bereaksi terhadap situasi yang mirip dengan itu yang dihadapinya di waktu yang lalu, atau dia bereaksi terhadap hal atau unsur tertentu dalam situasi yang telah berulang kali dihadapinya. Jadi, respon-respon selalu dapat diterangkan dengan apa yang telah pernah dikenalnya, dengan kecenderungan asli yang berespon.
e. Law of Assosiative Shifting
Apabila suatu respons dapat dipertahankan berlaku dalam serangkaian perubahan–perubahan bahan dalam situasi yang merangsang, maka respon itu akhirnya dapat diberikan kepada situasi yang sama sekali baru. (*)
Tinggalkan Balasan