Pada mulanya, model eksperimen Thorndike yaitu dengan mempergunakan kucing sebagai subjek dalam eksperimennya. Eksperimennya yang khas adalah dengan kucing, dipilih yang masih muda yang kebiasaan–kebiasaannya masih belum kaku, dibiarkan lapar, lalu dimasukkan ke dalam kurungan yang disebut sebagai “problem box”. Dengan konstruksi pintu kurungan yang dibuat sedemikian rupa, sehingga kalau kucing menyentuh tombol tertentu, maka pintu kurungan akan terbuka dan akhirnya kucing dapat keluar dan mancapai makanan (daging) yang ditempatkan di luar kurungan sebagai hadiah atau daya penarik bagi kucing yang lapar tersebut.

Pada usaha (trial) yang pertama kucing itu melakukan bermacam–macam gerakan yang kurang relevan bagi pemecahan masalah, misalnya mencakar, menubruk, dan sebagainya, sampai kemudian menyentuh tombol dan pintu terbuka. Adapun waktu yang dibutuhkan dalam usaha yang pertama berlangsung lama. Namun, ketika percobaan tersebut telah dilakukan secara berulang–ulang, maka waktu yang dibutuhkan akan semakin singkat.

Thorndike menafsirkan bahwa “kucing itu sebenarnya tidak mengerti cara membebaskan diri dari kurungan itu, tetapi dia belajar mencamkan (mempertahankan) respon–respon yang benar dan menghilangkan atau meninggalkan respon–respon yang salah.”
Eksperimen Thorndike tersebut mempengaruhi pikirannya mengenai belajar pada taraf insansi (human). Dia yakin bertentangan dengan kepaercayaan umum bahwa tingkah laku hewan sedikit sekali dipimpin oleh pengertian. Dengan tidak menyatakan secara eksplisit menolak kemungkinan adanya pengertian pada hewan, dia yakin bahwa masalah belajar pada hewan dapat diterangkan sebagai hubungan langsung antara situasi dan perbuatan, tanpa diantarai oleh pengertian. Dengan hal tersebut memberikan keyakinan kepada Thorndike bahwa hal–hal yang menjadi dasar proses belajar pada hewan dan pada manusia adalah sama saja.

Ciri–ciri Belajar Menurut Thorndike

Adapun beberapa ciri–ciri belajar menurut Thorndike, antara lain:

  1. Ada motif pendorong aktivitas
  2. Ada berbagai respon terhadap sesuatu
  3. Ada aliminasi respon-respon yang gagal atau salah
  4. Ada kemajuan reaksi–reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya itu.

Hukum-hukum yang Digunakan Edward Lee Thorndike

Thorndike menyatakan bahwa belajar pada hewan maupun manusia berlangsung berdasarkan tiga macam hukum pokok belajar, yaitu:
1. Hukum kesiapan (Law of Readiness)
Law of Readiness adalah prinsip tambahan yang menggambarkan taraf fisiologis bagi Law of Effect. Hukum ini menunjukkan keadaan–keadaan di mana pelajar cenderung untuk mendapatkan kepuasan atau ketidakpuasan, menerima atau menolak sesuatu. Menurut Thorndike ada tiga keadaan yang demikian itu, yaitu:

  • Kalau suatu unit konduksi sudah siap untuk berkonduksi, maka konduksi dengan unit tersebut akan membawa kepuasan, dan tidak akan ada tindakan–tindakan lagi (yang lain) untuk mengubah konduksi itu
  • Unit konduksi yang sudah siap untuk berkonduksi apabila tidak berkonduksi akan menimbulkan ketidakpuasan, dan akan menimbulkan respon–respon yang lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasan itu
  • Apabila unit konduksi yang tidak siap berkonduksi dipaksa untuk berkonduksi, maka konduksi itu akan menimbulkan ketidakpuasan dan berakibat dilakukannya tindakan–tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasan itu.

Dalam hal ini Thorndike menggunakan istilah “unit konduksi” sebenarnya tidak mempunyai arti fisiologis yang pasti. Sebab misalnya saja adalah sangat sukar dimengerti bagaimana satu unit fisiologis yang tidak siap berkonduksi dibuat berkonduksi. Karena itu untuk dapat memahami arti hukum tersebut haruslah dilakukan interpretasi. Jika istilah “unit konduksi” diganti dengan “kecenderungan bertindak” maka arti psikologis daripada Law of Readiness menjadi jelas. Jadi, apabila kecenderungan bertindak itu timbul karena penyesuaian diri atau hubungan dengan sekitar, karena sikap dan sebagainya, maka memenuhi kecenderungan itu di dalam tindakan akan memberikan kepuasan dan tidak memenuhi kecenderungan tersebut akan menimbulkan ketidakpuasan. Jadi, sebenarnya readiness itu adalah persiapan untuk bertindak, ready to act.