Tauhid bilang, pemerintah daerah memang menginginkan agar kota memiliki taman yang bagus, jalan-jalan yang rapi juga trotoarnya. Namun, jika masalah sampah dan air bersih belum terpenuhi secara merata maka tentu pemerintah yang akan disalahkan.

 

“Tetapi kesemuanya ketika itu menjadi gangguan air, menjadi gangguan sampah, itu akan terpulang kepada saya sebagai wali kota dianggap tidak mampu menuntaskan harapan dan impian sekaligus ekspektasi dari masyarakat untuk bagaimana membawa agar Ternate ini bisa mewujudkan mandiri dan berkeadilan,” ungkapnya.

 

Sebab itu pula, bagi Tauhid persoalan keadilan itu harus yang paling diutamakan. Apalagi masih banyak juga masyarakat yang hidup di daratan ketinggian yang belum tersentuh pelayanan air bersih.

 

“Dan saya minta sesuai dengan semangat yang sudah diwujudkan salah satunya ini, Ake Dege Moi Ka Fo Ahu, (Setetes air adalah kehidupan),” ucap dia.

 

Kalimat Ake Dege Moi Ka Fo Ahu yang menggunakan bahasa Ternate itu, lanjut Tauhid, adalah salah satu nilai intrinsik yang diberikan dan melekat di PAM Ake Gaale selain jargon, “mengalir tiada henti, melayani sepenuh hati,” agar menjadi penyemangat kerja dalam memberikan pelayanan, terutama air bersih bagi masyarakat Kota Ternate.

 

“Tetapi nilai paling terpenting apa? bahwa setetes air itu adalah kehidupan. Jadi air itu gambarannya apa? gambarannya adalah rejeki,” timpal dia.

 

Tauhid pun berharap pada hari peringatan HUT ke-37 ini PAM Ake Gaale perlu merenungkan sudah berapa jauh capaian yang telah dikerjakan di tahun-tahun sebelumnya dan kemudian memandang kedepan secara visioner apa pekerjaan yang perlu dituntaskan di tengah tingginya tuntutan masyarakat terkait air bersih.

 

“Karena masyarakat ini bergerak, masyarakat ini mintanya banyak, maka harus bisa membaca semangat jaman, apa semangat jaman? yaitu perubahan, jadi harus ada perubahan-perubahan yang dilakukan oleh perusahaan ini supaya mengarah kepada hal yang lebih baik,” harap dia.