Pada tanggal 27 Festival Gamlamo diisi dengan seminar tentang Taranoate dan Gamlamo. Dua narasumber bakal diundang, salah satunya merupakan sejarawan dan budayawan, sedangkan satunya lagi adalah penutur sejarah lisan turun temurun. Malam harinya ada ritual Sou Gam atau pembersihan kampung. Dalam rituap itu, warga akan keluar rumah ramai-ramai membawa obor, mengikuti pawai, dan berkumpul di masjid untuk membaca doa.

“Jadi sejarahnya, beberapa hari sebelum Sultan Khairun dibunuh, warga Gamlamo gelisah. Untuk mencari tahu sebab kegelisahan itu, mereka ramai-ramai keluar dengan obor. Ternyata beberapa hari setelahnya, Sultan dibunuh. Warga akhirnya tahu alasan mereka gelisah adalah tragedi itu. Maka dilakukanlah Sou Gam atau pembersihan/pengobatan kampung,” papar Rizal.

Sementara itu, pada malam puncak dihelat teater yang menceritakan sejarah pembunuhan Sultan Khairun dan perjuangan Sultan Baabullah mengusir Portugis.

“Kami berharap adanya festival ini bisa menghidupkan sejarah besar kita dari generasi ke generasi. Jangan sampai orang dari luar yang datang dan memberitahukan kita soal sejarah kita. Generasi muda juga diharapkan lebih beradab dan menjalankan loa se banari,” pungkas Rizal.