PERTAMA kali bertemu dengannya saat saya masih menjadi aktivis IMM. Ia saat itu sebagai wartawan RCTI. Ia pemberani, tegas dan sangat ulet. Ia cepat akrab dengan siapa saja, baik elite maupun grass root, termasuk kami sebagai juniornya.
Beberapa kali kami sama-sama terlibat gerakan di jalanan, pun saat masa-masa berjuang pada setiap momentum politik. Kami semakin akrab saat berjuang bersama pada momentum politik di Halmahera Selatan secara beruntun. Ia begitu kuat dalam berjuang. Ia bukan hanya memperjuangkan dirinya sendiri, melainkan melampaui dirinya.
Persahabatan kami semakin kuat dan semakin erat seerat keluarga (kakak beradik). Saat saya berniat studi S2 di Bandung, ia menelepon.
“Adik, saya dengar katanya lanjut studi S2?”
“Saya, Kaka, adik lanjut studi di Bandung, tapi sementara ada di Jakarta, di Rawamangun, di rumahnya Pak Aka,” jawab Saya.
Ia melanjutkan di ujung teleponnya, “Nanti jaga baronda-baronda di rumah Cibubur. Kalau mau ketemu di Sarina juga bisa, soalnya saya sering di Sarina.”
“Saya, Kaka. Makasih, Kaka,” jawab saya.
Tinggalkan Balasan