Ia juga bercerita bagaimana harus turun ke wilayah terjauh untuk bertemu warga. Perjalanan yang sulit. Dari sana, ia tahu apa yang dibutuhkan. Pendidikan, kesehatan dan layanan umum jadi prioritas. “Saya ingin Halsel berkembang dan maju melebihi daerah lain,” tuturnya saat saya hendak pamit.

Kita berencana tapi Allah tahu yang terbaik. Sungguh saya begitu terpukul saat line WhatsApp Minggu sore dipenuhi kiriman video yang mencekam. Saya yang sedang bergembira bersama seluruh tim Malut United usai kemenangan besar atas PSKC Cimahi sontak terduduk lesu. Beberapa nomor coba saya hubungi untuk mencari kepastian. Benarkah sosok yang jatuh itu adalah Bupati Usman yang saya kenal jauh melebihi seorang saudara?

Dalam perjalanan pulang menuju Jakarta, informasi itu makin jelas. Mendadak ada nyeri yang menusuk hati. Saya bahkan hanya bisa membaca begitu banyak postingan duka. Tak sanggup untuk menuliskan apapun. Siang ini, saya memilih menulis catatan pendek ini -semacam testimoni personal- karena yang pergi menghadap sang Khalik adalah sosok yang tak tergantikan. Sosok yang terlampau baik untuk sesama. Dunia jurnalistik di Maluku Utara sungguh kehilangan. Komunitas sepak bola sungguh kehilangan. Semua kita kehilangan.

Moga Allah mengampuni semua dosamu.
Moga Allah merahmati dirimu dengan sebaik baiknya tempat di sisi-Nya. Moga keluarga yang berduka diberi kekuatan untuk menghadapi semua kehilangan ini.

Maafkan diriku yang tak bisa mengantarmu pulang bertemu Allah.
Abadi di surgaNya… (*)