Oleh: Juliyanti Umabaihi

Anggota Forum Studi Independensia

_______
KONSTRUKSI lumbung dijadikan sebagai tempat atau bangunan untuk menyimpan pangan dalam menghadapi masa paceklik. Bila kita mengasosiasikan lumbung pada perempuan, eksplanasinya tidak semarginal itu. Seyogianya bukan hanya persoalan tempat penyimpanan makanan, tetapi rumah peradaban bahkan pusat kehidupan. “Di tangannya cinta ditumbuhkan, pangan diciptakan, masa depan dibentuk”. Di tangannya tanaman ditumbuhkan dengan penuh cinta untuk menghasilkan pangan bagi kehidupan. Siapapun dia, posisi tertinggi ataupun tidak pada akhirnya membutuhkan pangan.

Tatkala bertelaran tentang perempuan dan pangan, tilikan masyarakat pasti pangan urusan perempuan. Persoalan memasak dan menyiapkan kebutuhan keluarga di meja makan perempuan yang diandalkan. Namun acapkali persepsi ini dikonstruksi sebagai ruang belakang yang diasosiasikan seperti perempuan sebagai pelangkap rumah tangga yang memiliki peran hanya mengurus dapur (pangan).

Perempuan selalu termarjinalkan dalam kehidupan sosialnya seperti pengambilan keputusan lebih didominasi oleh kaum lelaki, perempuan jarang dilibatkan. Padahal perempuan menjadi lakon yang juga memiliki peran penting dalam semua sektor, terutama pangan. Perempuan bukan hanya menyediakan pangan, tetapi juga bertanggung jawab mengatur gizi anggota keluarga di dalam rumah seperti pangan beragam, bergizi dan berimbang (Khomsan, 2012).

Posisi perempuan seakan-akan lemah di hadapan laki-laki. Penyisteman pikiran tentang perempuan lemah, acap kali diolok-olok sebagai sebuah kesialan karena tercipta dari tulang rusuk Adam. Robbi Yoshua ben Hananhah dari abad ke-2, tokoh terkenal dalam tradisi fiqih Yahudi, tatkala tuhan menciptakan makhluk bernama perempuan dari aspek: mata, telinga, hati, mulut, kepala sudah dipertimbangkan. Jika perempuan diciptakan dari kepala maka akan menjadi angkuh, apabila dari mata maka segala hal akan diintip, bila dari hati ia akan iri, dari telinga semua akan didengar. Alhasil tuhan menciptakan perempuan dari tulang rusuk.

Tercipta dari sempalan Adam inilah yang seringkali membuat perempuan dianggap sebagai makhluk yang harus disepelekan. Jika kita maknai tulang rusuk secara harafiah, menurut Goenawan Mohamad, tulang rusuk bagian yang tak tampak walaupun tidak menggunakan baju (bertelanjang). Aposisi tak tampak bagaikan pejuang pangan yang kemampuannya tidak dianggap (tak terlihat). Eksistensinya “tulang rusuk” layaknya kemampuannya mempertahankan pangan, mengetahui kapasitas kebutuhan pangan dan kebutuhan medis keluarga.

Terkadang secara sosiokultural banyak yang beranggapan bahwa tingkat kecerdasan, kekayaan, kemakmuran suatu bangsa dipengaruhi oleh usia negara dan sumber daya alam. Namun yang paling terpenting adalah mutu sumber daya manusianya. Misalnya negara Israel dan Singapura, dua negara yang relatif masih muda, tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah, tetapi negara dan rakyatnya kaya. Hal ini dikarenakan mereka memiliki manusia yang cerdas.