“Sampling dilakukan sesuai SNI 8995:2021 tentang metode pengambilan contoh uji air untuk pengujian fisika dan kimia,” terang Fachruddin.

Berikut hasil uji kualitas air kedua Sungai Sagea:

Total Dissolved Solid (TDS)
Merupakan jumlah padatan terlarut, kandungannya harus berada di bawah 1.000 mg/l untuk menjaga oksigen serta fotosintesis makhluk hidup di perairan. Hasil pengujian menunjukkan TDS di hulu Sungai Sagea adalah 109 mg/l dan hilir 425 mg/l, masih berada di bawah Baku Mutu.

Total Suspended Solid (TSS)
Padatan yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan anorganik yang dapat disaring dengan kertas milipore berpori-pori 0,45 mikrometer. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, bakteri, dan jamur. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity). TSS hulu Sungai Sagea <10 mg/l dan hilir <10 mg/l, masih di bawah Baku Mutu 50 mg/l.

pH
Merupakan derajat keasaman air. pH air harus dijaga pada keadaan normal (6-9). Hasil pengujian menunjukkan pH Sungai Sagea masih berada pada rentang normal (7,88 dan 6,79). Derajat keasaman yang stabil menunjukkan air mengalir tidak melewati sedimen/batuan yang bersifat asam.

Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Parameter pengukuran jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk mengurai hampir semua zat organik yang terlarut dan tersuspensi dalam air. BOD hasil pengujian di hulu sungai adalah 1,7 mg/l dan hilir <1 mg/l, masih berada jauh di bawah Baku Mutu (3 mg/l) sehingga masih dapat mendukung proses penguraian secara alamiah di Sungai Sagea.

Chemical Oxygen Demand (COD)
Merupakan banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik. Hasil pengujian menunjukkan nilai COD di hulu sungai <4 mg/l dan hilir sungai 6,3 mg/l, masih berada di bawah Baku Mutu 25 mg/l. Kondisi COD ini membantu menjaga kandungan oksigen terlarut sehingga proses mikrobiologis dapat berlangsung dengan baik.