Oleh: Igrissa Majid
Alumni STH Indonesia Jentera
_______
PARA jurnalis di lapangan tergopoh-gopoh menenteng kamera, meliput peristiwa, menulis laporan, mengirim berita. Para netizen juga tidak kalah perannya, menyebarkan ke semua platform sosial media. Dalam sekejap, kejadian di dua penjuru Indonesia: Sagea dan Rempang menjadi viral di jagat maya.
Sagea; Kejahatan Pemerintah dan Korporasi
Halmahera Tengah kini luluh lantak. Tersisa, Sagea yang elok rupawan dan kelompok masyarakat adat yang masih eksis. Tapi mereka adalah orang-orang kalah di sana. Lahan-lahan hijau mereka telah digunduli. Dan Sagea yang elok rupawan itu, sudah keruh akibat aktivitas perusahaan tambang, sejak beberapa waktu kemarin.
Kini surat perintah pemerintah pusat telah turun dari Jakarta, meminta aktivitas pertambangan PT Weda Bay Nickel, PT Halmahera Sukses Mineral, PT Tekindo Energi, PT Karunia Sagea Mineral, dan PT First Pacific Mining disetop sementara karena menyebabkan pencemaran luar biasa. Tapi saya yakin tidak akan bisa memulihkan kondisi Sagea layaknya sediakala. Pun, jika itu bisa, pasti dalam waktu yang lama.
Meski demikian, saya menduga para pemilik perusahaan tambang ini tidak akan menerima dengan terbuka jika kejadian itu dituduhkan kepadanya, sebagai pelaku utama pencemaran lingkungan. Mereka tentunya akan berdalih soal kontribusi untuk negara selama berinvestasi. Dengan kata lain, akan menghitung sebagian pundi-pundi dari kejahatannya telah masuk dalam kantong negara. Sementara nyali pemerintah yang berwenang hanya sebatas mendengar, tidak berani mengambil langkah hukum untuk menyeret para korporat di pengadilan negara. Coba, berani nggak?
Toh, sampai saat ini, permasalahan Sagea masih memanas, semua orang tidak puas. Sebab, ini soal lingkungan, soal bumi, keberlanjutan masa depan, dan nasib manusia-manusia baru yang kelak lahir menjadi penerus. Mereka akan terkejut karena yang diwariskan bukan lahan yang subur, tetapi tanah berlumpur, dan air keruh yang tidak bisa diminum.
Padahal, dalam beberapa tahun ini, pemerintah daerah maupun pusat sangat bangga akan capaian perekonomian Maluku Utara yang meroket tinggi. Halmahera Tengah paling diidolakan, Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), Weda Bay Nickel, dan beberapa perusahaan lain yang turut beroperasi dianggap Economic Hero. Padahal kemiskinan justru meningkat di sana. Ironisnya, pejabat setingkat Gubernur pernah beberapakali menggunakan fasilitas mewah berupa helikopter untuk agenda keluar daerah, termasuk pulang kampung. Sedaaaaap! Tapi jahat kepada rakyat.
Tinggalkan Balasan