Syarif bilang, untuk mengukur penyebab itu perlu dilakukan pengujian pada seluruh parameternya. Baik secara fisika, kimia, biologi, sampai radioaktif.

“Ketika parameter-parameter itu melebihi ambang batas maka habitat ekosistem itu terganggu bahkan ikan bisa mati,” cetus dia.

Dalam pengamatan kasat mata, menurut Syarif, ikan yang mati terdampar didominasi anakan baronang dan beberapa jenis ikan karang. Jenis ikan yang ditemukan memang sering menjadi konsumsi masyarakat.

Mengenai keberadaan pabrik pengolahan tahu yang limbahnya diduga mencemari perairan tersebut, Syarif memastikan dua pabrik pengolahan tahu di sekitar perairan itu telah memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL).

Meski begitu, DLH pun tak akan luput melakukan pengujian laboratorium atas output dari instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dua pabrik tahu ini.

Ia pun berharap agar masyarakat bisa menunggu hasil pengujian laboratorium sehingga tidak mengambil kesimpulan yang keliru.