Peran dan pesan Jokowi sesungguhnya sangat jelas bahkan sebelum menyebut akan cawe-cawe. Jokowi dan keluarganya menjadi pusat negosiasi politik saat ini dan ke depan. Meskipun para pengamat politik menyebut semua capres di “endorse” Jokowi, yang terjadi justru semua Capres berharap mendapat “endorse” dari Gibran. Anies Rasyid Baswedan (ARB) sebagai capres antitesa Jokowi saja datang ke Solo untuk sekadar minum kopi dengan Gibran.

Jokowi berhasil memainkan peran mengelola para elit politik, baik para pimpinan parpol dan para capres. Semuanya terlihat polos dan lugu di hadapan Jokowi. Hingga saat ini, tidak ada satu capres pun yang “haqqul yakin” telah dan akan didukung Jokowi. Bahkan kelompok relawan yang kerap memaksa Jokowi sehingga membuat marah parpol kini mengaku tegak lurus dan menunggu arahan Jokowi.

Jokowi Presiden RI Paling Berhasil

Meski sering disebut sebagai presiden plonga-plongo, ndeso, kini Jokowi berhasil menunjukkan dirinya sebagai Presiden RI paling perkasa. Semua presiden pendahulunya tidak berhasil mewariskan tongkat estafet kepada anak-anaknya. Bahkan hampir semua anak mantan presiden mengalami dan melewati fase sebagai “gelandangan politik”. Para pendahulu Jokowi tidak memiliki visi kekuasaan modern. Mereka masih dengan visi lama mewariskan parpol.

Sedangkan Jokowi, meski tidak punya parpol, namun berhasil membuat semua parpol jinak. Semua parpol berusaha terus dekat dengan Jokowi dan anak-anaknya. Sehingga semua pimpinan parpol selalu doyan datang ke Solo dan Medan untuk “cari muka”. Barangkali, hanya anak-anak Jokowi yang mendapat dukungan gratis dari parpol saat maju di Pilkada. Bahkan semua parpol pendukung anak-anak Jokowi kampanye dengan dana masing-masing dengan sukarela.

Jokowi memahami perubahan politik Indonesia melampaui pemahaman para elit politik dan pimpinan parpol. Saat elit politik sibuk bermain “presiden-presidenan”, Jokowi justru mempersiapkan calon-calon presiden sungguhan. Saat elit politik sibuk bertengkar karena bertemu atau tidak bertemu dengan elit politik lainnya, Gibran malah susah mengatur jadwal bagi antrian elit politik yang ingin bertemu dengannya. Saat parpol sibuk tarik menarik koalisi, Gibran dan adik-adiknya malah terpaksa mendorong muncul paslon lain agar tidak calon tunggal.