Ketiga, bahwa kesediaan Prabowo merendahkan hati, “turun” dari capres dua kali menjadi pembantu Presiden Jokowi di kabinet, dihargai masyarakat. Prabowo dianggap negarawan dan kesatria, rela “berkorban” untuk kepentingan bangsa dan negara. Prabowo dianggap sebagai sosok yang rendah hati, tidak angkuh, dan tidak sombong.
Keempat, bahwa Sumut adalah provinsi “para ketua” , dan provinsi “anak raja”. Maka hubungan masyarakat “egaliter”, sehingga semua orang disebut “ketua”. Penggunaan istilah “petugas partai” bagi pemimpin atau calon pemimpin dinilai merendahkan, melecehkan. Masyarakat tidak menerima relasi kuasa antara “bos dan anak buah”, antara “pemilik dan penyewa” ditampilkan dalam ruang publik.
Kelima, bahwa kemenangan Jokowi di Pilpres 2014 dan 2019 di Sumut diperoleh dari kawasan pantai barat dan dataran tinggi Sumut. Sejumlah daerah menyumbang persentasi kemenangan di atas 90% suara pemilih sah. Kawasan tersebut “solider” terhadap Israel, sedang di pantai timur, dimana Jokowi kalah, “solider” terhadap Palestina. Penolakan Ganjar terhadap keikutsertaan Israel di Piala Dunia FIFA U20 dinilai sebagai tindakan mencampuradukkan olahraga dengan politik, serta “mencampuri urusan luar negeri. Akibatnya pendukung Jokowi mengalihkan dukungan kepada Prabowo, meski Prabowo tidak memberi pernyataan apapun.
Keenam, bahwa pasca Ganjar diumumkan sebagai bacapres, Jumat (21/4/2023) belum ada gerakan yang terstruktur, sistematis, dan massif dari Parpol pendukung Ganjar. Semua Parpol masih “menunggu petunjuk dan arahan pusat”. Masih “sibuk” dengan urusan penyusunan daftar caleg. Kemungkinan perubahan sistem Pemilu dari terbuka menjadi tertutup juga memengaruhi konsolidasi Parpol.
Pemilu 2024 direncanakan digelar pada Rabu (14/2/2024). Kornas meyakini akan terjadi perubahan peta suara dan kebangkitan pendukung Ganjar dengan tindakan sebagai berikut:
Tinggalkan Balasan