Ataukah misalnya dalam perhelatan demokrasi anda tak perlu susah payah membentuk tim, mencari logistik, membujuk rakyat dan menggunakan strategi untuk menang. Tetapi datang saja ke tukang dotti untuk menyihir semua orang agar memilih anda. Kan begitu argumentasinya untuk mereka yang percaya.

Menurut Hegar Vadlmar Revaldo dalam bukunya yang berjudul “Mitologi Dunia”, sihir adalah sebuah mitos yang diwariskan dari orang-orang terdahulu. Ia tumbuh dari generasi ke generasi dengan daya tarik yang khas penuh mistis. Misalnya dalam legenda orang Jepang, ada sosok mistis namanya Kitsune, ia merupakan seekor rubah yang mampu berubah wujudnya menjadi manusia ketika berumur 100 tahun. Ia diyakini sering terbang, membuat petir dan membakar rumah warga ketika marah.

Tentu secara spesifik, cerita tentang dotti menjadi misteri di tengah-tengah kaum intelektual. Terbukti dari total 100 anak muda  di Maluku Utara dengan titel sarjana, magister dan bahkan doktor, yang saya observasi dengan menanyakan “apakah dotti itu ada atau tidak?”, ternyata 50 orang menjawab ada dengan alasan yang bervariasi. Pertama, di dalam Alquran juga menjelaskan tentang sihir di zaman nabi Musa AS, surat Taha, 61-56 dan QS Asy-Syu’ara, 41-43. “Mereka menyihir mata para hadirin dan menakut-nakuti mereka. Mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan).” (QS Al-A’raf: 116).

Alasan yang kedua, mereka percaya bahwa itu sering terjadi di tengah-tengah kita akhir-akhir ini. Sementara 30 orang menjawab tidak ada itu adalah cerita rakyat “mitos” karena kebenarannya tak bisa dibuktikan. Kalaupun ada pasti sudah banyak pelakunya yang telah ditangkap polisi dalam beberapa kasus yang sering dikatakan praktik perdukunan.

Sisanya 10 orang menjawab, dengan pikiran Agnostik; tong masih mencari-cari kebenaran itu, entah ada atau tidak. Tetapi karena orang ramai membicarakan itu, makanya kami diam saja. Itu artinya dari data yang saya peroleh, bahwa di provinsi Maluku Utara cerita tentang dotti: 50% percaya, 30% tidak dan 10% netral.

Sebagai kaum intelektual yang berpikir logis, ilmiah dan kritis, tentu ini bukan soal keyakinan yang mestinya diperdebatkan tetapi ini soal benar atau tidak praktik sihir itu? Berbeda dengan menyakini kebenaran tuhan yang maha esa. Karenanya sepanjang riset belum mengungkapkan faktanya, maka sepanjang itu pula “dotti” hanya sebatas mitologi belaka.