Jadi biasanya, kata dia, ada fase di mana grafiknya meningkat karena memang orang di satu zaman tertentu akan bertemu, lalu energinya sangat besar.

“Kemudian pada waktu yang lain, grafiknya menurun, dan kita kemudian menunggu lagi momentum yang selanjutnya, dan itu terus terulang berkali-kali,” ujarnya.

Menurut dia, gerakan literasi di Ternate pada umumnya bukan gerakan yang baru, tapi ini sudah sejak lama digagas. Bahkan, peradaban dengan literasi yang kuat ini dibangun sejak dulu.

Misalnya tradisi Lefo, atau orang menyebutnya proses, bukan bendanya atau satu benda hasil, tapi soal proses literasi nya.

“Di sini biasanya terlihat di majelis-majelis atau di masa lalu disebut juga Pangaji. Sehingga, saya kira kita memiliki latar belakang tradisi literasi yang kuat,” tukasnya.

“Kita berharap kegiatan ini ke depan bisa berkelanjutan dan menjadi sesuatu yang berkontribusi secara signifikan dalam menumbuhkan gerakan literasi di Maluku Utara,” tandas Sofyan.