“Keberlanjutannya adalah kita memiliki tekad dan misi ke depan. Lahirnya Drupadi tidak terlepas dari kerja keras Deepa 1 dan Deepa 2, sementara untuk pengembangan kita lagi mempersiapkan Deepstory yang bergerak di bagian clothing. Sementara sedang kami persiapkan ke depan, semoga berjalan lancar,’’ lanjutnya.
Selain itu, untuk pengembangan edukasi sistem yang dipakai Drupadi terutama proses pemesanan sudah tidak lagi datang di meja bartender lalu pesan, namun ada edukasi dengan memakai sistem self service.
“Jadi pelanggan tinggal datang, cari langsung tempat duduk, scan barcode yang sudah ada di meja yang mereka duduk, pilih menunya menggunakan elemen lalu dari meja bartender tinggal menunggu notif pesanan yang perlu untuk kami buat dan dikerjakan sesuai dengan pesanan yang sudah dibayar, jadi sangat industrial dan mengandalkan teknologi,’’ tuturnya.
‘’Drupadi dibangun bukan sekadar alakadar akan tetapi membutuhkan energi dan riset yang panjang, dan objek risetnya saya pelajari dari kafe kami sebelumnya yaitu Deepa 1 dan 2. Kami mengamati setiap pelanggan yang datang dengan berbagai karakter, contohnya banyak orang ingin bekerja dengan laptop, diskusi kelompok, namun digabung di satu tempat yang sama, itu sering kami amati di Deepa. Lalu yang menjadi pembeda di Drupadi menyediakan konsep bagi mereka dengan kondisi yang nyaman untuk bekerja,’’ ungkapnya.
Tema minimalis yang diciptakan di Drupadi bukan sekadar tempat ngopi. Namun juga ada impian di mana pemiliknya bisa memberikan kolaborasi misalnya tempat sharing session dan live music.
“Untuk teman-teman bisa kami ajak berkolaborasi dan bercerita dengan tema yang nanti ke depan kami coba sama-sama bicarakan. Jadi ini belum sempurna, kami akan terus berupaya melihat apa perlu kami tambahkan dan kami kurangi untuk sama-sama dilengkapi, jadi pelajari kasusnya cari solusinya,’’ tegasnya.
Tinggalkan Balasan