Studi menegaskan pentingnya algae dan coral reefs dalam pengelolaan perubahan iklim. Organisme ini diklaim mampu menyerap karbon tiga kali lebih baik dari pohon. Diharapkan keberhasilan pembuatan terumbu karang buatan ini akan meningkatkan nilai ekonomi sekaligus peningkatan kondisi lingkungan sekitar area penempatan terumbu karang buatan.
Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Nani Hendiarti mengatakan Indonesia memiliki potensi yang besar terkait carbon credit khususnya pada area pesisir.
“Indonesia memiliki hutan hujan tropis, lahan gambut, mangrove, rumput laut. Hutan mangrove Indonesia seluas 3,36 juta ha atau sama dengan 20% mangrove dunia, di mana mangrove merupakan bagian dari ekosistem blue carbon,” kata Nani.
Deputi Nani menegaskan pihaknya memiliki program besar dalam rehabilitasi mangrove.
Tinggalkan Balasan