Oleh: Teguh Tidore

_______

DALAM satu kesempatan saya pernah bertanya pada Muhidin M Dahlan tentang apalah arti membaca buku. Spontan beliau menjawab, jangan memaksakan orang untuk mencintai buku, apalagi untuk membaca. Setiap orang sudah jelas punya dimensi pemahamannya sendiri.

Muhidin M Dahlan adalah seorang pendiri Radiobuku dan Warungarsip yang berdomisili di Yogyakarta. Saya pernah mengarsip selama 1 bulan di tempat beliau di Bantul Yogyakarta. Selama 1 bulan, pekerjaan saya hanyalah mengkliping majalan tahun sebelum kemerdekaan. Anehnya majalah tersebut adalah merek-merek motor Astra dari setiap seri tahun pengeluaran. Artinya apa faedah dari itu yang sebenarnya perlu saya dapatkan. Maka untuk menuju pada prinsip dasar atas pertanyaan itu, kita perlu bertanya seberapa penting membaca, menulis, bahkan mendesain sebuah kota literasi. Perlu kiranya kita uraikan bagaimana sebuah kota atau masyarakatnya bekerja.

Lalu apa yang Muhidin lakukan itu, sampai hari ini masih terus tumbuh bahkan makin mekar. Tulisannya di mana-mana kita baca, program pengarsipan berkembang pesat, bahkan diundang untuk berbicara soal arsip dan dunia perbukuan. Dan itu bukan lahir begitu saja, akan tetapi proses yang tidak mudah.

Perjalanan penulis Muhidin di atas adalah contoh dari titik temu terhadap dunia perbukuan dan menulis atau sebuah perkembangan dunia literasi. Akan tetapi dunia literasi mengalami kemajuan cukup pesat, hampir dalam berbagai literatur bahkan perkembangan dunia teknologi kata literasi atau literer makin akrab di telinga masyarakat, berbagai prodak industri kreatif mulai muncul dari berbagai program yang dilakukan oleh pemerintah maupun industri ekonomi kreatif itu sendiri.

Di Jakarta semenjak Taman Ismail Marzuki tampil dengan wajah barunya, berbagai pusat kegiatan kebudayaan mulai tumbuh, dari diskusi seni, musik, buku, teater, bahkan program berkelanjutan tumbuh subur. Dalam beberapa tahun terakhir pemerintah melalui Kemendibud juga mulai membawa angin segar untuk pelaku kesenian dalam pengembangan kegiatan kebudayaan melalui program-program kementerian, industri film mulai muncul, teater, bahkan dunia buku novel, puisi, cerpen mulai mengembangkan nilai-nilai edukasi.