Tandaseru — Suara mesin 15 PK perahu fiber memecahkan kesunyian di Pulau Daga, satu dari puluhan nusa di Kepulauan Widi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Pagi masih buta kala itu.

Muhammad Amin, pria asal Sulawesi Selatan itu duduk di buritan perahu. Tangannya bergerak ke kiri dan kanan mengendalikan arah perahu melaju.

Di bagian tengah perahu ada Gani dan Aziz.

Ketiga nelayan ini bergerak keluar Dodawe Gane, menuju Kapuraca. Di sana mereka akan memasang jaring untuk menangkap ikan. Jaring akan dicek beberapa jam kemudian lalu diambil tangkapannya.

Amin, Gani dan Aziz merupakan kelompok nelayan yang beroperasi di Kepulauan Widi. Mereka bisa sepekan tinggal di pulau untuk menangkap ikan dan mengolah hasil tangkapan.

Ikan yang diolah berupa ikan asin dan ikan asap. Menariknya, ikan asin dan ikan asap produksi Kepulauan Widi dibuat dari ikan-ikan karang kualitas super.

Proses pengolahan ikan asin di Pulau Daga, Kepulauan Widi, Halmahera Selatan. (tandaseru/Sahril Abdullah).

Ikan-ikan ini rata-rata langsung diolah begitu diangkat dari laut. Betapa segarnya.

Amin kepada tandaseru.com menyatakan, jumlah nelayan yang mendiami Kepulauan Widi mencapai puluhan orang. Di Pulau Daga ada sekitar 15 kepala keluarga. Namun kedatangan mereka ke Daga tak selalu bersamaan waktunya.

“Mereka yang menggantungkan hidup dari hasil melaut memilih menetap di sini,” ujar Amin, Minggu (17/7).

“Ada banyak jenis ikan di pulau ini. Kami mengolahnya menjadi ikan garam dan sebagian kami fufu (asapi, red),” sambungnya.

Ikan asin setelah dibersihkan. (tandaseru/Sahril Abdullah).

Potensi perikanan di Widi membuat Amin mantap menetap di daratan Gane. Hasil tangkapan nelayan di Kepulauan Widi berlimpah ruah. Dalam kurun waktu 10-12 hari tiap kelompok mampu memproduksi ikan asin sebanyak 200-300 kilogram.