Tandaseru — Naiknya harga kopra di Provinsi Maluku Utara membawa dampak positif bagi masyarakat, terutama petani kopra. Dampak kenaikan harga kopra juga sangat terasa di Halmahera Selatan.

Namun petani kopra di Halsel diimbau agar waspada dengan Dampak Perubahan Iklim (DPI) yang dapat mempengaruhi produksi kopra.

“Saat ini harga kopra secara umum di Malut naik dan membawa dampak positif bagi masyarakat di tengah pandemi Covid-19, termasuk di Halsel. Saat ini harga kopra di Halsel, khususnya Pulau Bacan itu di angka Rp 10.500 sampai Rp 11.500 per kilo. Namun masyarakat khususnya petani kopra diimbau agar berhati-hati dengan DPI yang dapat menyebabkan adanya hama dan penyakit pada kelapa,” ungkap Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Halsel Agus Heriawan, Selasa (15/3).

Menurut Agus, Dampak Perubahan Iklim di Halsel yang menyebabkan terjadinya hama dan penyakit di pohon kelapa sudah mulai muncul dan penyakit itu namanya Sexava.

“Ini sudah mulai muncul di wilayah Gane Timur, Obi Selatan, dan di Mandioli yang merupakan sentral kelapa di Halsel,” tuturnya.

Dinas Pertanian sendiri telah menurunkan tim untuk melakukan survei. Agus bilang, kemungkinan satu atau dua bulan ke depan akan secepatnya dilakukan pengendalian.

“Untuk mengendalikan penyakit pohon kelapa ini kita sudah melakukan pendekatan secara hayati atau agen hayati serta secara sanitasi lingkungan dan bahkan sampai ke tingkat kimia. Sebulan dua bulan lagi akan dilakukan pengeboran terhadap batang-batang kelapa untuk mengantisipasi menyebarnya hama Sexava (boto-boto),” ujarnya.

Selain itu, Dinas Pertanian juga mengindentifikasi luasan sentral kelapa, dan akan menyurat ke Distan Provinsi agar secepatnya turun melakukan pengendalian hama.

“Kemarin kami juga sudah sampaikan langsung kepada Dinas Pertanian Provinsi waktu musrenbang pertanian di Halbar agar Provinsi secepatnya turun melakukan pengendalian hama Sexava di seluruh kabupaten/kota di Malut, khususnya di Halsel,” tandasnya.