“Kita yakin, potensi besar biomassa, terutama yang dihasilkan dari Hutan Tanaman Energi, akan mampu berperan besar dalam proses transisi energi di Indonesia,” kata Djoko.

Menurut dia, pemanfaatan biomassa sebagai sumber daya energi listrik, merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan rasio elektrifikasi, sekaligus mempercepat terwujudnya ketahanan energi nasional dan transisi energi untuk mengejar target netral karbon di tahun 2060.

Dari catatan Kadin Indonesia berdasarkan peta potensi Hutan Tanaman Energi yang dikeluarkan oleh PT PLN (Persero), lokasi potensi biomassa di antaranya di Aceh, Jambi, Sumsel, Bangka Belitung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku Utara, NTB, NTT dan Papua.

“Kita lihat bahwa potensi hutan tanaman energi ini luar biasa besar. Dari mulai Aceh, Sumatera, Kalimantan sampai Indonesia Timur, kita lihat totalnya itu 10,8 juta hektare. Ini suatu potensi yang besar, yang mungkin angkanya sangat kecil yang sudah menjadi porgam bisnis hutan tanaman energi,” ungkap Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bobby Gafur Umar.

Menurutnya, jika kolaborasi baik Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) dan pelaku usaha energi terbarukan bersinergi, maka produksi biomassa mampu menghasilkan 32,6 GW dengan total nilai investasi yang akan mengalir masuk sebesar US$ 52,1 miliar.

“Potensi devisa yang akan dihasilkan melalui ekspor bahan baku biomassa berupa wood pellet juga sangat besar. Sebesar 60 juta ton wood pellet dengan nilai ekspor per tahun yang bisa mencapai Rp 90 triliun,” ungkap Bobby.