Tandaseru — Maraknya penggunaan lem aibon di kalangan remaja dan anak di bawah umur di Kota Ternate, Maluku Utara, mendorong Jaringan Komunitas Soccer (JOKER-MALUT) menggelar dialog publik. Dialog digelar di Warkop Soccer, Kelurahan Stadion, Ternate Tengah, Kamis (30/12) malam.

Dialog ini mengangkat tema “Darurat Ngelem di Kota Layak Anak” dan menghadirkan lima narasumber yakni Wakil Ketua DPRD Ternate Heny Sutan Muda, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Ternate Marjorie S Amal, Kasat Narkoba Polres Ternate IPTU Joni Aryanto, serta dua dokter yakno dr. Muhammad Alhabsy, M.Kes dan dr. Yazzit Mahdi, M.Kes, Sp.KJ. Dialog ini dimoderatori Khairun Abd Gani.

Heny dan Marjorie memberi apresiasi terhadap langkah JOKER menggelar dialog.

“Karena ini dianggap sebagai persoalan yang perlu direspon oleh Pemerintah Kota Ternate.”

Marjorie mengatakan, Pemerintah Kota Ternate telah menetapkan asrama Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di Kelurahan Dufa-dufa, Kecamatan Ternate Utara, sebagai tempat rehabilitasi anak di bawah usia yang menggunakan lem aibon.

“Jadi sesuai rapat bersama kemarin, pemerintah akan menyurat ke toko-toko untuk lebih ketat dalam penjualan lem, karena ini sudah banyak yang menggunakan ke hal-hal yang lain,” ucapnya.

Sementara IPTU Joni Aryanto mengatakan persoalan ini menjadi tanggung jawab semua pihak agar bisa mengontrol aktivitas generasi muda yang akhir-akhir ini melakukan kegiatan tidak normal seperti miras, narkoba dan paling terbaru adalah konsumsi lem aibon.

Mantan Kapolsek Ternate Utara ini juga mengimbau pemkot membuat satu peraturan daerah seperti perwali agar persoalan ini bisa ada sanksi bagi mereka yang mengisap dan menjual secara bebas. Sanksi inilah yang nantinya dapat membuat efek jera bagi pengguna utamanya dari kalangan remaja atau anak usia sekolah.

Dua narasumber dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Malut mengungkapkan dampak penggunaan lem aibon yang bisa menyebabkan kerusakan otak seperti cepat pikun, parkinson dan kesulitan mempelajari sesuatu. Selain itu, fungsi otot juga akan melemah, cepat depresi, sakit kepala dan mimisan, serta kerusakan saraf yang memicu hilangnya kemampuan mencium bau dan mendengar suara.

“Banyak hal yang akan timbul ketika manusia menghirup lem dan sejenisnya seperti kerusakan otak dan paru-paru. Untuk kalangan pelajar sendiri akan membuat semangat belajarnya menurun dan dipastikan nilainya akan jeblok,” terang kedua dokter yang sehari-hari bekerja di RSJ Sofifi tersebut.

Efek yang ditimbulkan dari menghirup uap lem itu sendiri hampir mirip dengan jenis narkoba yang lain yakni menyebabkan halusinasi, sensasi melayang serta rasa tenang sesaat meski kadang efeknya bisa bertahan hingga 5 jam sesudahnya.

Efek lain yang bisa ditimbulkan adalah tidak merasakan lapar meskipun sudah waktunya makan karena ada penekanan sensor lapar di susunan saraf di otak.

Kegiatan ini juga disertai dengan interaksi pertanyaan dari peserta kepada narasumber dan tetap melaksanakan protokol kesehatan.